Berapa tahun sekali orang berganti cobek dan muntu?

Harga cobek dan ulekan batu jauh lebih murah ketimbang Anda bikin sendiri.

▒ Lama baca < 1 menit

Berapa tahun sekali orang berganti cobek dan muntu? — Blogombal.com

Pertanyaan dalam judul itu tipikal orang kurang gawéyan, sungkan nganggur. Sepanjang tidak hilang atau patah, cobek dan ulekan itu bisa awet belasan tahun bahkan lebih. Cowèk dan munthu di rumah saya sudah tiga dasawarsa lebih.

Misalnya Bang Toyib akhirnya pulang, pelumat bahan makanan warisan zaman batu itu tak membuatnya pangling karena si batu tetap seperti dulu saat dia pergi. Selalu bersih, berfungsi, dan awet muda. Sementara penghuni rumah kian menua — si Abang juga, apalagi jika menderita dalam perantauan.

Berapa tahun sekali orang berganti cobek dan muntu? — Blogombal.com

Hari ini, pas Iduladha, pasti banyak orang yang menggunakan cobek dan muntu. Kemarin, di warung yang memberikan uang lusuh dengan garansi, saya melihat dua benda batu itu.

Hati-hati dengan cobek dan ulekan yang hitam gelap — Blogombal.com

Cobek yang besar, diameternya sekitar 25 cm, harganya Rp50.000. Adiknya yang lebih kecil, Rp4.000. Adapun muntu Rp5.000. Saya tak mencari tahu barang itu berasal dari daerah mana karena Bu Warung sibuk. Harga sekian itu mahal atau murah? Bagi saya lebih murah daripada saya membikin sendiri. Kecuali Anda pembuat arca.

Ada juga orang yang bikin ulekan rujak sendiri — Blogombal.com

5 Comments

@sandalian Sabtu 7 Juni 2025 ~ 14.16 Reply

Di sebuah kotak penampungan barang tajam di bandara, terdapat sebuah munthu berbalut tisu.

Saya membayangkan rasa mangkelnya pemilik munthu tersebut mengingat dia sudah repot-repot membawanya :D

Ndik Sabtu 7 Juni 2025 ~ 15.09 Reply

Pernah ngalami case hampir mirip, hand carry sample granite beberapa. Jam abot tenan, meski cilik2, Karena ada barang bawakan lain. Akhirnya barang bisa dieyel Dan dititipkan Kru pesawat tapi nanti ngambilnya di lost n found.

Pemilik Blog Sabtu 7 Juni 2025 ~ 15.50 Reply

Wah, menarik ini.
Saya pernah hampir bawa kerikil menarik dari suatu negeri tapi saya batalkan karena saya bukan geolog, jangan sampai jadi masalah di bandara.

Kasus munthu mungkin karena di negeri asing tertentu sulit dapatnya.

Waktu Cikotok masih tambang emas, dan saya masuk ke gua bawah tanah secara legal, saya minta izin bawa kerikil split di luar gua yang kemungkinan mengandung emas

Ndik Sabtu 7 Juni 2025 ~ 12.59 Reply

Sebagaimana wajan buat bakul sego goreng, munthu Dan cobek menjadi perlengkapan non asset, meski slow moving part, bagi bakul pecel regular, saya pernah Tanya tetangga di Kampung yg dagang pecel, 5th itu terhitung lama, untuk batu tertentu yg dibeli dimana katanya, lupa.
Habis Karena cenderung menipis akibat digrinding Dan beresiko pecah, momennya pecah ya pas mindah saat umbah2 atau pas ngepruk kencur. Kayu juga Sama, namun sepanjang pengamatan perbedaan keduanya adalah kebutuhan grindingnya, kayu semakin lama semakin apek baunya, tak bertahun lama Wangi Khas kayu, tak banyak juga kayu uleg yang berdimensi besar. Dewasa Ini barang2 itu justru bergeser menjadi bagian estetika penyajian, meski sambalnya Dari blender. Ironi yg tak perlu Kita renungkan Kalau perut lapar, tinggal diciak.
“Kurang rasa lemahe”, Kalau saya Tanya kenapa nggak blender saja Lebih praktis pada bakul pecel, lothek, Dan lotis tetangga kampung, Ini merujuk pada bakul pecel yg way with wat wut mencubit sayuran untuk disajikan di pincuk Dan ditubur kuah sambal siap tuang, yg saat Ini menjamur bahkan Sampai ke sudut2 batam.
“Lho lha pas mblender tinggal ditambah lemahe atau remukan watu candi sithik2”, solusi Ini mungkin tak menjawab Karena si budhe itu malah tertawa.
Syukurlah cobek Dan munthu Ini selalu tersedia dipasaran Dan harganya tak terlalu berat untuk dibagi usia pemakaian. Ini tak lepas Karena watu candi Adalah material Alam terbaharukan, tinggal nunggu gunung njeblug.
Reca itu juga Dari watu candi, sebuah nilai semi semakin lama, detail Dan pada konteks tertentu terkait arkeologi semakin Mahal, ya nilai histories, apakah cowek Dan munthu Sama? Saya beberapa Kali melihat stock cobek Dan ulegan batu di rak supermarket. Mereka juga tak pernah kasih diskon stok lama, meski benda itu berdebu disana Dan berganti tahun, bahkan terkadang harganya sudah tak berubah Dan kertas labelnya usang. Ini patut takut membelinya salah2 Ini munthu Sejak jaman minakjingga. Saat Kita masukan ke troli, si kasir supermarket berubah Jadi Juru lelang

Pemilik Blog Sabtu 7 Juni 2025 ~ 14.03 Reply

Kalo buat penjual lotek, tentu cowèk cepet aus.

“Lho lha pas mblender tinggal ditambah lemahe atau remukan watu candi sithik2” 👍👏

Iya, cowèk gak kenal expired. Kalo terbukti antik attention milik empu bisa masuk balai lelang.

Tinggalkan Balasan