Kini dengan ponsel sejumlah alat mestinya sudah tersingkir. Misalnya? Kalkulator, timer atau pengatur waktu, serta stopwatch. Arloji kronograf pun, bukan sebagai perhiasan tangan, mestinya sudah tamat. Namun nyatanya semua itu masih bertahan.
Timer dapur untuk memasak, misalnya. Sampai kini masih ada. Saya menyebut timer sebagai alat kerja karena memasak adalah pekerjaan. Saya juga punya. Apakah pernah saya pakai? Tidak. Karena di rumah jarang membuat kue yang mensyaratkan penghitungan waktu dengan ketat.
Lantas kenapa saya beli, sebelas tahun lalu? Iseng. Impulsif. Seperti mainan. Bisa digoyang tanpa terguling — tapi bisa bergeser ke pinggir meja dan jatuh. Ya, mirip lampu goyang yang sudah retak itu.
Tempo hari ketika saya membersihkan rak, kerucut itu saya sentuh dan terguling. Rupanya pernah jatuh. As tengah patah. Dugaan utama bukan dijatuhkan oleh penghuni rumah. Anak-anak saya pun mungkin tak tahu peduli keberadaan alat ini.
Ada saja pernik, alat mirip mainan, dan tentu mainan, di rumah saya yang rusak. Bahkan bola golf bekas untuk senam telapak tangan pun lenyap masuk got, menggelinding dari ruang tamu. Orang dewasa saja suka mainan apalagi anak-anak. Bukan salah desainer produk.
Alat dapur mirip mainan akan menjadi mainan beneran dan cepat rusak 🤣 pic.twitter.com/Fodo1YifsU
— Gambar Hidup (@gbrhdp) June 14, 2022
5 Comments
Jika sudah sering dipakai gpp Om, mungkin dia lelah :)
Iya, Pak. Fatigue. 🤣
Termasuk capek karena nganggur gak pernah dipakai. 😂
Adalah 🤣
🙈
Kalau dahulu pernah dijatuhkan bukan oleh penghuni rumah, termasuk oleh anak-anak Paman, lantas siapa dong yang menjatuhkan?