Bagi sebagian anak kecil, hiasan di rumah orang adalah mainan. Persoalannya, orangtua si anak kadang juga menganggap begitu.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Bagi anak-anak, hiasan di rumah orang pun dianggap mainan

Sepasang suami istri penyuka benda unik jadi stres jika kedatangan tamu beserta anaknya, yang dalam penilaian tuan dan nyonya rumah, adalah berbahaya.

“Saya aja megangnya ati-ati, selalu saya bersihin. Kalo ada unsur mekanisnya saya rawat pakai minyak Singer,” kata sang suami.

Lalu si istri menukas, “Emang sih, anak normal punya rasa ingin tahu. Pengen nyoba. Tapi yah akibatnya pernik di rumah ini ada yang rusak.”

Bagi anak-anak, hiasan di rumah orang pun dianggap mainan

“Lha kan ada orangtuanya? Pasti mereka ngontrol anak, apalagi di rumah orang,” sahut saya.

Mereka hanya angkat bahu, saling pandang, tersenyum tipis.

Lalu mereka banyak bercerita. Kadang ketika orangtua asyik ngobrol, anaknya kurang terawasi. Lalu gludak, grombyang, prang, tuing…

Ada menara ambruk. Replika mini bus tingkat jatuh. Kelereng mini pinball mencelat. Mobil taksi kaleng jatuh lalu penyok karena buat rebutan kakak adik. Robot kaleng terguling karena rak disenggol otoped kayu. Jam pasir pecah…

Saya tak punya solusi karena saya bukan ahli parenting atau pengasuhan anak. Dalam pandangan subjektif saya dan istri, anak-anak kami bukan jenis anak berbahaya di rumah orang.

Bagi anak-anak, hiasan di rumah orang pun dianggap mainan

Saya juga bukan konsultan dekorasi rumah yang bisa memberi advis penataan hiasan yang aman di rumah tinggal, bukan kedai. Memang sih, ada prinsip umum: barang ringkih jangan di bawah, agar tak terjangkau anak.

Sang nyonya rumah seperti gagal menyimpan kesumat, tanpa menyebut nama dia bilang, “Terlalu ibunya, masa bilang kayak nyalahin kita, soalnya barang-barang di sini lucu sih, menggoda anak normal. Padahal anak-anak dia bikin kacau.”

Bagi anak-anak, hiasan di rumah orang pun dianggap mainan

Oh, saya teringat seorang ibu sepuh di sebuah rumah bergaya Belanda di kota kecil, yang dahulu waswas kalau ada anak tamu berebut memanjat kursi elekton lalu berpesta bunyi dari kibor. Tapi ibu itu tegas, tanpa sungkan akan menegur anak tamu,”Jangan, nanti rusak. Bude nggak bisa beli lagi. Pakde dan Mas Anu sama Mbak Anu nggak bisa main musik kalo itu rusak.”

Ada juga humor si ibu sepuh, kepada saya beliau bilang, “Untung kami nggak mampu beli vleugel.” Itu istilah jadul untuk grand piano.

Bagi anak-anak, hiasan di rumah orang pun dianggap mainan

2 thoughts on “Rumah ramah anak — tepatnya: anak tamu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *