↻ Lama baca < 1 menit ↬
Tiga cangkir teh. Semuanya sudah diminum. Malam baru merambat, jalan besar masih diisi derum mobil dan motor. Baru pukul setengah sembilan. Tetamu pamit pulang. Tuan rumah akan kembali bekerja, mengisap-embuskan asa yang kadang berasap tipis. Di pelataran itu, bangku panjang menjadi tempat mendudukkan tamu. Yang datang dan didatangi duduk berjejer. Tak ada meja. Cangkir menjadi pembatas wilayah masing-masing raga. Setelah pertemuan usai ketiga cangkir itu diam di bangku panjang yang tetap menyisakan sisa misalkan seorang pebasket terjangkung merebahkan diri di sana. Sebuah kantor yang sederhana, katamu. Memang.