Ihwal buah delima alias buah granat alias apel banyak biji. Tapi orang menyebut granat tangan mirip nanas, bukan srikaya.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Buah delima alias buah granat alias apel banyak biji

“Kamu tahu itu buah apa?” tanya seorang ayah kepada gadis bungsunya yang sudah dewasa.

Pertanyaan diajukan saat mereka lewat di depan sebuah rumah dalam gang yang memiliki aneka tanaman di halaman depan.

Si gadis menyahut, “Nggak tau. Emang buah apa, Pak?”

“Itu yang namanya delima. Pernah denger?” Si gadis menggeleng.

Lantas si ayah menjawab, “Pomegranate.” Si gadis pernah mendengar nama itu.

Lalu si ayah mendekatkan lensa ponsel ke kasa loket tabir pagar. Si delima menjadi fokus. Garis lintang dan bujur kasa pun menjadi lamat-lamat. Itu teknik sederhana dalam fotografi.

Sebelum memotretnya, si ayah sempat digelayuti dilema, kalau ketahuan akan disangka memotret bagian dalam lahan orang, berupa rumah, tanpa izin. Tetapi buah itu tampak menarik. Maka dia ambil keputusan. Foto bisa menjadi bukti bahwa dirinya tak memotret properti orang.

Pomegranate mengingatkan si ayah pada kata grenade, yang berarti granat, senjata genggam ledak yang dirancang untuk dilemparkan maupun digelindingkan, segera setelah kunci pen dibuka. Bisa juga dilontarkan dengan alat peluncur bertabung.

Ternyata kata grenade berasal dari pomegranate alias delima. Bahasa Spanyol dan kemudahan Prancis mengadopsi kata itu untuk granat. Ada pun granate berasal dari bahasa Latin granatus, artinya biji benih.

Buah delima menyerupai bola dengan sekat di dalam yang berisi biji, bukan? Kata pome di depan granate berasal dari kata pomum, artinya apel. Jadi, delima adalah apel dengan banyak biji. Nama Latin dilema adalah Punica granatum. Punica itu nama genus.

Kue koya klasik dari Malang cap Delima Tawon

Nah, tentang delima sebagai jenama, si ayah teringat dua hal. Pertama: kue koya dari Malang, cap Delima Tawon. Kedua: nama perusahaan karoseri di Bogor, Jabar, yakni Delima Jaya, yang emblemnya dia lihat pada bodi bus kota.

2 thoughts on “Delima dan dilema di balik pagar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *