Akhirnya bekas lampu goyang, yang bikin gemas anak-anak itu, saya manfaatkan. Tudungnya sudah retak, dan akhirnya cuil semua, sehingga tinggal mangkuknya saja.
Lantas saya ambil kotak plastik wadah makanan jenis thin wall, saya pasangi tabir tisu agar tak menyilaukan, untuk saya taruh di rak buku. Kalau mangkuk bagian dalam itu mléngsé tinggal saya bikin betul.
Lampu rakitan ini bertukar posisi dengan lampu berupa kap kaca susu kotak, dengan fitting berulir e14, di ruang tamu. Fungsi lampu di rak terutama untuk penerangan siang hari agar ruangan tak terlalu temaram. Kalau saya memakai lampu plafon, setrumnya lebih banyak.
Kenapa saya memakai lampu siang hari? Setelah tetangga sebelah membangun rumah tingkat, ruangan saya lebih gelap karena cahaya alami terhalang dinding tinggi.
Sebelum ada bangunan tinggi, ruangan juga kurang terang karena ruang bebas di sebelah kiri rumah hanya berupa lorong sempit. Lorong bisa menjadi akses keluar masuk kedua.
Sebenarnya desain asli semua rumah di kompleks saya tidak saling menempel. Tidak ada bangunan kupel pula. Saya pernah membuat ilustrasinya menggunakan ponsel. Namun atap pelananya seharusnya dari depan ke belakang, bukan menyamping. Mestinya saat itu saya memanfaatkan AI — kalau telaten bermain prompt.
Namun dalam perjalanan waktu, banyak orang cenderung merenovasi rumah dengan menghilangkan lorong. Akibatnya dinding rumah mereka menempel dengan dengan dinding tetangga. Kalau tembok rembes air hujan itu risiko.
Jadi misalnya sebuah rumah tetap setia dengan sebagian garis rencana tapak (site plan) lama, sehingga mempertahankan lorong, tetapi tetangga sebelah membongkar lorong miliknya, hasilnya adalah dua tembok dempet. Risiko tembok rembes, lembap, dan berjamur selalu ada.
Kini banyak contoh rumah kecil di X, Instagram, YouTube, Pinterest dan seterusnya. Tetapi bagi saya, klinik arsitektur IAI daerah tetap perlu. Begitu pun klinik jurusan teknik arsitektur perguruan tinggi sebagai bagian dari tridarma. Klinik murah kalau bisa gratis, itu harapan saya.
Lampu goyang nan renta dan retak seperti pemiliknya pic.twitter.com/Bhz2P1yj8K
— Gambar Hidup (@gbrhdp) April 12, 2022
2 Comments
BTW thin wall, istri saya memakainya, pembeli harus tambah Rp3.000 jika makanan diwadahi thin wall, bukan bungkus kertas biasa.
Anak saya sering beli makanan pakai GrabFood, kalau wadahnya thin wall kadang saya cuci dan saya simpan untuk kemudian dipakai wadah lagi.
Bagus, disuruh bayar saja 👍
Kalo ada sesuatu yang bisa do pakai ulang, dan tak membahayakan, termasuk untuk hal lain, ya bagus.