Walakin secuil, bersyukurlah jika sinar mentari masih bisa masuk ke rumah kita, apalagi jika sirkulasi udara memadai.
↻ Lama baca 2 menit ↬

Mensyukuri sinar surya menyusupi kamar

Jam pada sepiker Bluetooth merangkap alarm itu salah, dua puluh menit lebih cepat daripada jam pada ponsel dan data foto. Mestinya pukul 06.55. Saya tak tahu kenapa berubah karena sudah setengah tahun mematikannya. Tetapi baiklah, cerita ihwal jam itu untuk lain kali. Saya akan mengisahkan sinar matahari yang menerpanya.

Singkat cerita saya bersyukur kadang masih beroleh terobosan sinar surya pagi di kamar. Kadang? Tergantung posisi Matahari di mata Bumi sesuai siklus dan jika cuaca tak menghadirkan pagi mendung. Sinar itu menerobos celah di antara tembok tetangga sebelah dan tembok tetangga belakang.

Rumah saya kecil. Lahan juga kecil. Bangunan lama sudah saya robohkan, lalu saya dirikan bangunan baru dua lantai, juga kecil. Di depan kamar tidur, lantai atas, ada teras 2,5 x 2 m², tak memepet dinding tetangga — hanya mengganggu mata kami saat ada jemuran keluarga saya. Dari kamar saya jendela menghadap ke teras, ke timur. Jendela kamar lain juga menghadap ke timur, hanya satu yang ke selatan.

Mensyukuri sinar surya menyusupi kamar

Saya membutuhkan sinar matahari dan sirkulasi udara. Menjemur bantal di jendela pada pagi hari adalah kesukaan saya sejak dulu. Lalu semua rumah berubah, lebih tinggi dan besar, sehingga jendela kami pun terhalang tembok tetangga.

Seperti umumnya terjadi di kompleks perumahan, banyak orang saat renovasi atau mendirikan bangunan baru membuat tembok samping yang mepet tetangga di sisi kiri dan kanan, sehingga tak menyisakan ruang sempit tanpa atap di samping rumah. Padahal tapak asli rumah di kompleks saya dibuat tanpa ada rumah yang saling menempel, bahkan juga di bagian belakang setiap rumah. Saya masih mempertahankan longkangan itu.

Bangunan rumah sederhana di kompleks tanpa saling menempel

Agar lebih jelas sila lihat gambar di atas. Karena dalam ponsel saya tak ada aplikasi menggambar trimatra, bahkan aplikasi olah gambar yang saya pakai tak mengenal layer, saya pun menggambar sebisanya. Aset yang saya tempelkan pun salah, atap rumah seharusnya model pelana depan belakang, agar air hujan tak jatuh ke tetangga sebelah.

Menggambar model dengan hasil seperti yang saya inginkan melalui aplikasi berbasis AI mestinya bisa, tetapi selain aplikasinya memberati ponsel, saya pun harus belajar mengempani masukan melalui prompts. Lebih menyita waktu ketimbang menulis dalam ponsel.

Lalu? Kembali ke inti cerita. Seminim apa pun cahaya mentari yang menerobos, saya tetap bersyukur. Banyak rumah yang kamarnya miskin cahaya alami dari dinding (tetapi bisa kalau dari atap) bahkan ada rumah yang kamarnya tanpa jendela. Sumber masalah adalah desain bangunan, bukan luas tanah.

Jika menyangkut jendela dan langkan sebenarnya ada aturannya. Misalnya tetangga tak terima bisa menjadi kasus hukum (¬ lihat: HukumOnline).

@devitadwiyanti.advokat JENDELA RUMAH GANGGU PRIVASI TETANGGA #kuhperdata #PMH #perbuatanmelawanhukum #canva #advokat ♬ suara asli – dj_anggadull – ANGGA DULL

Apapun kondisi rumah kita syukurilah — bahkan ketika kita salah rancang di awal namun tak merugikan orang lain. Tak ada yang sempurna dalam hidup kita.

Mensyukuri sinar menerobos kamar

Lampu dari luar kamar

Jendela mata, jendela hati, jendela jiwa

2 thoughts on “Mensyukuri sinar surya menyusupi kamar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *