Pengumuman dari papan kayu dengan huruf yang ditempelkan satu per satu, dari fon Friz Quarata yang ngetren 1980—1990-an, ini menyebut Jakarta dalam kapital. Maka saya membatin, kenapa kata Jakarta ditonjolkan?
Mestinya saya menanya pramusaji atau kasir soto Kadipiro, Jogja, namun tak saya lakukan karena mereka sibuk. Memang sih, banyak rumah makan tersohor mengumumkan tak punya cabang di mana pun. Tanpa secara eksplisit menyebut nama kota. Juga ada, di mana pun, nama kedai yang memberi kesan sebagai suatu cabang padahal bukan.
Apakah cabang resmi berarti terjamin rasanya sama dengan pusat? Bisa ya dan tidak. KFC dan Bakmi GM di semua gerai rasanya sama. Namun banyak pula rumah makan dengan banyak cabang yang rasanya berbeda.
Saya dan istri pernah punya pengalaman buruk di Kalimalang, Jaktim. Di sana pernah ada cabang dari jaringan kedai ayam bakar, yang jenamanya tenar karena sang juragan mengampanyekan poligami, sehingga suatu organisasi muslimat menolak kedai itu untuk katering muktamar.
Di cabang yang itu, ayam goreng yang kami pesan tak kami santap karena alot pol, sulit dipotong. Kami minta dipanggilkan manajer, lalu saya menjelaskan masalah dengan santun, lantas membayar, dan pulang. Kami kapok. Terhadap semua cabang kedai itu.
2 Comments
https://wp.me/pPaN9-mt
Nah! Ini sip 👏👍💯💐