Nemu barang baru tapi lawas: film negatif

Fotografi ponsel membuat Anda boros jepretan. Berapa persen yang Anda simpan?

▒ Lama baca < 1 menit

Memotret dengan film: romantisisme teknologi jadul manual — Blogombal.com

Entahlah manakah sebutan yang pas untuk film negatif 135 berwarna ISO 100 dengan tahun kedaluwarsa Oktober 2021 ini: barang baru tetapi lama ataukah sebaliknya. Saya menemukannya dalam kardus anak saya dekat rak buku. Rol film dan cepuknya masih dalam kotak karton yang dilem dari pabrik.

Produk klasik ini masih ada yang memakai, biasanya dari kalangan penyuka fotografi analog. Namun jejak artefaknya pun sudah tak terlihat lagi, yakni rol film sebagai gantungan kunci. Masih lebih mudah bersua bingkai kartu SIM ponsel untuk gantungan kunci.

Memotret dengan film: romantisisme teknologi jadul manual — Blogombal.com

Fujifilm ini — maksud saya sebagai film, bukan merek kamera penerus Fujica — sudah kedaluwarsa. Dulu ketika lomografi sedang digilai, film berwarna yang kedaluwarsa diburu. Hasil cetaknya yang tak terduga malah memancarkan sensasi.

Putri sulung saya dulu saat remaja saya belikan kamera Lomo sebagai hadiah ulang tahun, dan dia girang bukan kepalang. Bagi saya tentu lebih simpel filter efek kamera pada ponsel. Bukankah bisa dicetak pula? Tetapi kamera Fujifilm Instax, sebagai penerus Polaroid, dan segala ragam printer foto saku, tak menarik bagi saya. Kertas fotonya butuh ongkos.

Saya sudah terlalu tua untuk berpesta sensasi fotografi macam itu. Terhadap foto digital, saya tak tahu di mana saja menyimpannya selain di blog. Lho bukannya ada Google Photos dan segala layanan serupa, disertai opsi anotasi dan seterusnya yang ramah arsip? Selama yang bisa membuka hanya saya, akhirnya akan kerepotan memilih gambar. Lalu semua gambar terkubur.

Memotret dengan film: romantisisme teknologi jadul manual — Blogombal.com

Bagaimana kalau menitipkan foto di media sosial? Bukannya di Facebook arsip foto malah bisa nongol saat sebuah gambar berulang tahun? Ya, sih. Namun saya tak tertarik. Revolusi digital membanjirkan gambar, dan saya kewalahan.

Semuanya terasa melewah. Saya termasuk penyumbang dalam jagat gambar nan melimpah. Saya mencoba becermin: jangan-jangan semua gambar yang saya lihat itu hanya untuk hari ini, jam ini, menit ini. Setelah itu embuh. Kapasitas otak saya melemah, karena mulai usia 40-an otak manusia mengecil.

Memotret dengan film: romantisisme teknologi jadul manual — Blogombal.com

Tinggalkan Balasan