Paling aman dan bisa diterima semua orang adalah kursi di atas permukaan rata, tidak miring, tidak berlubang.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Kafe di Terra Cassa, Bandungan, Ambarawa, Jateng

Karena dua kali salah mengepaskan posisi kaki kursi, bahkan diawali dengan kerepotan menggeser tempat duduk kayu bercat putih itu, seorang pria bersungut-sungut, “Bikin repot orang. Kayaknya ini parkiran pake grass block tapi dipake buat kafe.”

Orang di meja sebelah juga mengeluh. Begitu pula meja sebelahnya lagi. Saya hanya tertawa kecil. “Jangan diseret, tapi diangkat dikit, lalu taruh di bagian semen, bukan di rumput.”

Kaum pengeluh tetap mengeluh. Antara lain dengan alasan, usia membuat mereka enggan mengangkat sedikit kursi kayu karena berat. Mungkin mereka menginginkan kursi plastik.

“Ya udah, nanti kita bilang ke manajemen, minta diganti kursi besi yan kakinya berupa palang,” kata saya.

Lalu siapa yang salah: pengelola kedai atau tetamu?

Soal kursi dan meja kedai ini bisa sulit bisa mudah. Ada yang buat duduk enak tetapi saat penduduk menyantap makanan, posisi piring terlalu tinggi karena mejanya ketinggian. Maka untuk perabot dengan ketinggian standar, banyak kedai menyediakan kursi tinggi untuk batita dan balita.

Menyangkut kursi plastik seperti milik RT/RW itu, di kedai bakmi saya pernah terjengkang. Lantainya licin berminyak, kaki kursi tiba tergelincir saat mléyot. Si pemilik kedai cuek saja di meja kasir. Akhirnya setelah saya menegur, dia bilang, “Emang suka gitu, Oom.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *