Bertambah lagi media yang menyediakan konten plus plus. Setelah NGI lalu siapa? Produksi konten butuh biaya.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Nat Geo Indonesia menyediakan layanan premium

Beberapa media daring melayani pelangganan berbayar. Biasanya dengan embel-embel “Plus” karena yang gratis masih ada. Bisa karena ketersediaan konten eksklusif, seperti Solopos dan Kumparan, dan bisa juga karena kenyamanan baca terutama tanpa gangguan iklan pengadang mata. Dan yang terbaru adalah dari National Geographic Indonesia (NGI), yang diluncurkan hari ini.

Orang Afrika yang jadi samurai di Jepang

Maka pertanyaan saya adalah apakah jumlah media penyedia konten berbayar akan bertambah?

Miyamoto Musashi itu ada sungguhan nggak sih?

Saya bertanya begitu karena kita sudah terbiasa dengan situs gratis. Kalaupun terganggu iklan sembulan ya tinggal kita lumpuhkan, namun segera muncul pengingat dari penerbit jangan membunuh iklan karena dengan iklan mereka dapat terus berkonten.

Kalau saya sih kadang iseng mengeklik iklan. Demi konten blog ini? Nggak. Sebelum saya ngeblog lagi pun kerap saya lakukan. Bahkan pada masa jaya media cetak, iklan kecil di koran pun sering saya baca. Maka saya ingat gaya iklan baris jualan mobil bekas sampai medio 1990-an: mobil dokter. Tetapi saya belum pernah menemukan “mobil bekas dokter hewan” .

Donasi untuk Project Multatuli dan Indoprogress

Selain menawarkan cara plus, ada juga media yang mengimbau pembaca menyumbang. Misalnya Project Multatuli dan Indoprogress. Untuk blog juga ada yang mengimbaukan donasi, misalnya Setiap Gedung Punya Cerita dan Agus Mulyadi melalui Saweria. Ngeblog itu butuh ongkos. Saya pun mungkin akan menyediakan kaveling iklan atau malah memohon sumbangan. Apalagi setelah kini saya jadi ronin.

Dari daun mekai si umami alami, lalu melamunkan media hari ini

Jangankan bayar, berita gratis saja enggan baca

Soal selera terhadap berita, kenapa menyalahkan publik?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *