Coba amati baik-baik. Sosok pria di atas kereta perang dengan pakaian prajurit Romawi mengingatkan kita, eh saya, pada Ben-Hur. Kalau benhur, itu sebutan untuk delman cidomo di Lombok dan Sumbawa, NTB.
Nah, abon daging sapi dari Solo, Jateng, ini berjenama Kereta Mas. Dalam gambar, keretanya berwarna kuning. Bisa juga sih “mas” itu Mas Jun, Mas Dodo, Mas Dhodhok, Mas Mbois, Mas Skoy, Mas Ndembik, dan lainnya.
Berarti kereta kuning itu adalah kereta perang kencana. Apa pun bahan pelapisnya, kereta akan sesak kalau dipakai mengangkut sepasang pengantin berukuran XXL dalam arak-arakan.
Lalu perhatikan hewan yang menghela kereta: bukan kuda melainkan sapi, tiga ekor bukan dua ekor. Ah ini mengingatkan saya pada karapan sapi di Madura โ dan daratan Jatim selain Pulau Garam. Bedanya, tunggangan joki karapan tak beroda karena berupa kayu (atau bambu?) yang diseret di atas tanah.
Menarik juga kalau ada karapan sapi berkereta roda. Pasti lebih kencang. Tetapi bisa jadi jarak perlambatan selewat garis finis hingga kereta berhenti akan lebih panjang.
Perihal merek dagang ada saja yang mengundang rasa penasaran, kenapa begini kenapa begitu. Hanya si empunya jenama yang dapat menjelaskan.
๐๐๐๐๐
Ada masalah apa, Lik Jun?
Mboten nopo-nopo, kok, Mas Antyo….
Oh nggih sampun. Mugi tentrem rahajeng ๐