Mobil toko itu tak beratap, padahal akhir tahun ini banyak hujan. Perjuangan hidup menuntut kegigihan.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Moko, mobil toko, tanpa atap dengan aneka dagangan alat rumah tangga

Pagi sudah mendung. Muram. Pikap yang dijejali aneka alat rumah tangga itu diparkir di pinggir kali. Lospeker di atas kokpit terus menawarkan dagangan. Semuanya serba-Rp5.000.

Sementara rekaman suara terus menawarkan dagangan, dengan sekian variasi kalimat, di jok kiri depan pikap seorang perempuan tua, mungkin sudah lansia, duduk diam. Pengemudinya, seorang pria berusia 30-an, sedang sarapan nasi uduk di belakang mobilnya.

Moko, mobil toko, tanpa atap dengan aneka dagangan alat rumah tangga

Orang menyebut mobil yang menjadi toko berjalan itu moko, akronim mobil toko. Mungkin lebih pas ditulis “mobil-toko”. Kalau “mobil toko” bisa berarti mobil milik toko, atau dalam percakapan sehari-hari disebut mobilnya toko.

Kalau moko tulen sih beratap. Tingkap di samping dan belakang saat mobil diparkir bisa menjadi atap teritis mini.

Tetapi moko ini darurat. Hanya pikap biasa dengan bak terbuka berisi buanyaakk dagangan. Ada dagangan yang dicantelkan pada bokong mobil, dan ada juga pada hidung mobil pesek itu.

Menurut sang penjual, entah siapa namanya, dia bermukim di Kranji, Bekasi, Jabar. Artinya sekitar 15 kilometer dari tempat dia parkir pagi itu. Dia tak menghitung dalam sehari ngider berapa kilometer.

Moko bisa menjadi solusi ketimbang menyewa kios mahal, sekalian menjemput bola. Tetapi Desember ini hujan sering mengguyur bumi, dan saya tak sempat bertanya bagaimana dia menyiasatinya, padahal moko itu tak beratap.

Moko, mobil toko, tanpa atap dengan aneka dagangan alat rumah tangga

Kalau saja semuanya tersedia di kios berjalan

Hadiahnya rumah indekos, ruko, dan mobil toko

Akhirnya berkenalan dengan tahu bulat

Tahu bulat berlagu

3 thoughts on “Moko, si mobil toko serbagoceng

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *