Roti Buana yang tersebutkan dalam judul itu tanpa bukti kuat. Saya mencoba mengingat apakah Buana termasuk yang kena pengindonesiaan paksa oleh pemerintah pada 1995 untuk merayakan 50 Tahun Indonesia Merdeka. Oh, rupanya Buana tak termasuk. Buana Bakery baru ada pada 1997 (¬ Detik).
Lalu, mau cerita apa ini? Saya kurang termutakhirkan oleh aneka info. Ternyata Buana Bakery berganti logo dan nama, melakukan rejuvenasi. Saya tahunya tadi saat mendapatkan dus kue. Dalam benak kadung melekat logo lama Buana yang memberi kesan klasik.
https://www.instagram.com/p/Cb9suz8v2fp/?igshid=MzVlODdmYjc=
Sejak awal 2020 saya jarang bepergian, terutama karena Covid-19, dan harus berhemat, tak banyak yang saya lihat. Lalu saya cari info. Salah satunya Buana Bakery & Coffee di Blora, Jateng, akhir 2020 (¬ Gaduh.id). Kalau di Kaliwungu, Kendal, Jateng, April 2022, dagangan di gerai masih memakai dua versi logo.
Soal jenama memang tak gampang. Citra lama yang kuat bisa saja berjarak dari konsumen belia. Maka Monami pun berganti logo dan desain grafis kemasan, agar tak terkesan sebagai pusat camilan rapat generasi kolonial.
Holland Bakery belum berubah. Sementara Buana di Jalan Raya Pondokgede, Jaktim, sudah lama tutup. Begitu pun Sanitas Bakery, dari Semarang (1920), di Jalan Ahmad Dahlan, Jaksel. Tetapi desain logo Sanitas sudah lama berubah, memasukan klasik dan modern secara pas.
Sampel toko roti dan kue angkatan lama di Jakarta sila lihat Klasika Kompas edisi 2016.
6 Comments
wah, baru tahu Monami ganti logo
Begitulah sepeninggal kamu merantau, Zam
Oh iya, maaf, tadi nggak cermat baca.🙈
Tapi angka waralaba sekarang mungkin gede juga, meski tentu tidak sebesar jika sejak 1997. Rp 210 juta pada 2003, sekarang sudah berselang 19 tahun.
BTW kedai istri saya sudah lumayan tua juga, sejak 1987, 35 tahun….
35 tahun? Wow! 👍💐
Baca arsip konten detik.com itu, untuk ikut jaringan Buana Bakery perlu modal Rp 210 juta pada 1997. Gede juga, ya. Entah seberapa gedenya sekarang setelah berselang 25 tahun.
Waralaba bukannya mulai 2003? Kalau harga Rp210 juta pada 1997, apalagi awal, 1 USD masih di bawah 10.000 IDR, lalu pakai angka sekarang ya berlipat jauh