COD itu masalah bagi penjual, konsumen, atau kurir?

Kantor pos melayani COD. YLKI meminta lokapasar menutup layanan bayar di tempat penerima. Tanpa e-wallet bukan masalah, yang penting ganti daster.

▒ Lama baca < 1 menit

COD itu masalah bagi penjual, konsumen, atau kurir?

Sudah lebih dari sekali ketika saya meriung di rumah itu ada kurir datang dengan syarat penyerahan cash on delivery (COD). Terakhir, pekan lalu, kurir datang malam, di atas pukul delapan, dan menjelaskan bahwa siangnya dia sudah mengantarkan paket namun tak ada orang di rumah itu.

Ketika pertama kali menyambut kurir di rumah itu, niat saya menjadi relawan penerima paketnya tetapi ditolak kurir, “Ini COD, Pak. Harus bayar dulu.” Malam pekan lalu saya langsung memanggil Nyonya Rumah.

Lalu tadi, setelah menerima kiriman majalah yang Pak Pos serahkan, saya iseng membaca stiker label lebih cermat. Ternyata ada tulisan “Non COD”. Oh berarti kantor pos juga melayaninya COD. Ternyata dalam situsnya Pos Indonesia menyatakan demikian. Maka saya pun teringat pengalaman di rumah tadi, yang menurut penghuninya memang sering ber-COD.

COD itu masalah bagi penjual, konsumen, atau kurir?

Juli lalu saya menulis soal COD dengan ketidaktegaan terhadap kurir. Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi pernah mengusulkan, “Hapuskan saja (sistem) COD.” Bukan salah COD melainkan literasi konsumen (¬ Kompas.com).

COD memang mempermudah konsumen yang tak menggunakan pembayaran secara daring. Tetapi karena Alfamart dan Indomaret menerima pembayaran untuk transaksi daring, mestinya tanpa COD pun bisa. Konsumen hanya perlu berganti daster sebelum ke toko. Kini setelah tak ada PPKM, urusan ke minimarket mestinya bukan masalah.

Bagi penjual, COD mempercepat penerimaan uang tunai (¬ Investopedia). Dari sisi kurir, kalau proses penerimaan tak lancar bakal memperlama pekerjaan. Kebetulan malam pekan lalu itu bersama saya ada pegawai perusahaan logistik. Dia bilang, jika COD bermasalah, “Closing di kita jadi tertunda, Oom.”

Dia hanya tertawa saat saya menyoal, “Napa juga melayani COD?”

COD, antara perlu dan tak perlu

Motor kurir ditinggal menyerahkan paket

Kurir paket itu minta maaf, tidak bisa turun dari motor…

Mencoba memahami kerepotan kurir paket

Semoga kelak ada motor-gerobak-paket listrik, tapi…

Derita kurir kebahagiaan konsumen

5 Comments

junianto Senin 28 November 2022 ~ 17.58 Reply

Tidak masalah bagi saya karena saya enggak pernah COD-nan.😁 Yang beberapa kali saya lakukan adalah PCB : pantau, coba, dan bayar. Eh, tapi PCB itu termasuk COD bukan sih?

Pemilik Blog Senin 28 November 2022 ~ 20.31 Reply

Kalo bayar di depan ya bukan COD 😁

junianto Senin 28 November 2022 ~ 21.36 Reply

PCB kemudian mbayar. Saya satu kali lakukan itu saat beli Honda Tiger yang kemudian saya jadikan trail tua prakarya. 😁 Saya baca iklannya di market place Facebook kemudian saya pantau ke rumah pembeli, coba naiki, dan bayar (PCB).

Selain itu, dua kali (dalam kurun waktu berbeda) saat menjual trail “robot” Kawasaki KLX 150 dan trail tua Suzuki TS 100. Pembeli datang ke rumah saya kemudian PCB.

Pemilik Blog Senin 28 November 2022 ~ 22.02

Ini sih bukan belanja daring. 🤣
Cuma manfaatin info daring. Kayak saya beli mobkas.

junianto Selasa 29 November 2022 ~ 06.52

Woooo iya ya! 😁😅

Tinggalkan Balasan