Krubyuk, krubyuk, sudah surut sih….

Skala nestapa setiap orang dalam direpoti banjir berbeda, tapi mau genangan mau banjir tetap mengesalkan, apalagi kalau parah.

▒ Lama baca < 1 menit

Banjir kecil di perumahan Jatirahayu, Pondokmelati, Bekasi

Ya mau bagaimana lagi. Kalau hanya mengeluh, seakan-akan merasa paling menderita, tentu tak layak. Orang lain, lingkungan lain, mengalami kebanjiran, bukan hanya genangan, bahkan air masuk ke rumah.

Sore ini hujan sudah berhenti. Mungkin untuk sementara. Yang penting air di jalan sudah surut, tak lagi kancap (atau pèrès kata orang Jawa) dengan kanstin yang membatasi jalan dan riol.

Dari arah saya berdiri, air bergerak ke kiri, ke timur, menuju kanal, menghanyutkan sampah ringan. Motor yang bergerak searah perjalanan air adalah mereka yang berbalik arah dari barat. Di sana genangan lebih tinggi.

Banjir kecil di perumahan Jatirahayu, Pondokmelati, Bekasi

Rumah yang ketinggian lantainya hanya berselisih sedikit dengan jalan, akan direpoti gelombang air kancap akibat tersibak mobil. Hmmm… kadang ada juga mobil yang tidak mau pelan. Foto di atas kabur karena saya sedang berfokus memotret titik air pada pintu gerbang.

Selain masalah genangan dan banjir, bagi saya hujan deras apalagi disertai tempias, adalah atap bocor polikarbonat pecah pada beberapa titik karena dijatuhi kucing yang berkejaran.

Betul, terminal bayangan itu akan jadi polder

Banjir di bulan April

Keran pembuang air banjir dari dalam rumah

Bersiasat menyambut banjir

Resapan itu untuk mencegah banjir atau mengerem defisit air tanah?

Kita berutang air kepada tanah

2 Comments

junianto Sabtu 8 Oktober 2022 ~ 09.44 Reply

Mau genangan, mau banjir, semuanya merepotkan. Dan biasanya karena ada yang enggak beres — drainase atau lainnya.

Pemilik Blog Sabtu 8 Oktober 2022 ~ 21.07 Reply

Betul.
Dahulu ketika kala saya pernah membaca, tapi arsipnya belum saya temukan, perumahan di Kepang ada yang membangun lapangan tenis sebagaimana cekungan. Untuk apa? Menampung luapan air hujan.

Tinggalkan Balasan