“Mas, yang jadi masalah buat Roy Suryo itu stupa atau patungnya?” tanya Kamsi
“Kalo ngeliat foto sih arca, patung batu Sang Buddha, yang jadi sasaran olah digital,” sahut Kamso.
“Tapi berita di mana-mana kok nyebut stupa?”
“Mmmm… mungkin aku yang salah persepsi soal stupa dan arca. Ini udah tengah malem, masa nelepon Bu Wati yang dulu dosen bahasa Indonesia, atau ngontak Pak Wanto yang pensiunan guru sejarah, buat mastiin?”
“Oke. Tapi kenapa Roy nggak ditahan?”
“Ancaman hukuman buat dia kalo nggak salah enam tahun, padahal di atas lima tahun tuh tersangka biasanya ditahan. Tapi polisi kan liat kondisi Roy, sakit kayak gitu, nggak mungkin ditahan. Misalnya sehat penuh tapi nggak ada kemungkinan kabur ke luar negeri kayak siapa itu, atau menghilangkan barang bukti, kayaknya juga nggak ditahan. Ahli hukum yang lebih ngerti, tergantung apa pidananya. Eh, Ahok dulu sebagai tersangka juga nggak ditahan karena dia kooperatif. Emang sih dia cuti, tapi buat kampanye kalo nggak salah.”
“Dari kalo nggak salah mulu. Lalu napa Roy sakit? Itu beneran?”
“Kabarnya tiga hari tegang, stres, nggak fit, lalu diperiksa dua belas jam capek. Sakit lambung, tensi naik. Nggak tau waktu mau diperiksa dia ditanya apakah Saudara sehat.”
“Di grup WA-ku kok banyak yang nyukurin Roy ya? Malah ada yang bilang dia ngadi-adi…”
“Janganlah. Kesian dia. Lagian kalo dia sakit terus kan bisa nganggu pemeriksaan. Ora uwis-uwis nanti. Kita harap semua sehat termasuk pemeriksa dan pengacara.”
“Jawaban Mas kayak Pak RT yang sebelum ini. Normatif lempeng estede.”
¬ Gambar praolah: Media Indonesia, Wikimedia Commons (CC-BY-SA-3.0)
2 Comments
Tante Kamsi, mari kita tunggu pemeriksaan lanjutan 28 Juli 2022 nanti….
Semoga dalam BAP dan seterusnya gak ada kata stupa melainkan arca. Bisa mentah dakwaan nanti gara-gara salah kata