Mencatut Kermit, pakai tafsir sendiri: akhir cerita di tangan kita. Itu namanya cerdik. Dibilang aneh biarin.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Jika sharing Anda bermasalah, polisikanlah sumber konten

“Mas, ati-ati kalo nge-share konten orang lain di medsos. Biarpun bukan Mas yang bikin, tapi bisa repot di-bully,” kata Kamsi mengingatkan suaminya.

“Tenang aja, sayang. Aku sudah punya cara buat ngatasi, ada rujukannya. Pertama, konten aku hapus. Kedua, minta maaf nggak usah pake meterai karena bukan transaksi lima juta rupiah ke atas…”

“Yang ketiga?” sergah Kamsi tak sabar.

“Aku cari advokat buat memperkarakan sumber konten yang aku share. Nggak peduli siapa yang bikin, pokoknya yang upload dia, aku cuma nge-share. Kalo gara-gara aku nge-share tapi yang kena bully aku, kan berarti dia atau mereka itu harus tanggung jawab.”

“Sepintas kelihatan cerdik dalam berkelit.”

“Lha lebih repot mana aku memperkarakan ribuan orang yang nge-share kontenku yang cuma nge-share juga?”

“Tapi, Mas. Éling, éling, Mas. Mas kadang bikin konten iseng kan? Misalnya tentang aku. Lalu ada orang nge-share. Meskipun aku nggak dikenal, Mas juga, tapi kalo ada orang nge-share konten Mas lantas jadi masalah, orang yang nge-share itu bakal memolisikan Mas.”

“Mungkin dia Kermit di The Muppet Show, yang pernah bilang, life’s like a movie, write your own ending.”

“Itu namanya The Mèpèt Show. Wis kepèpèt masih bisa nemu celah buat mengegos. Oh, Kermit!”

¬ Karakter Kermit: karya Jim Henson

2 thoughts on “Kau yang memulai, kau yang kulaporkan polisi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *