
Saya pernah mengatakan dalam tulisan entah yang mana bahwa untuk air putih saya lebih suka wadah yang bening. Rasanya lebih segar. Untuk wadah minum dalam perjalanan saya juga suka yang bening. Kalau membeli air dalam kemasan tentu dalam wadah bening, dan umumnya sih putih. Eh, putih itu juga warna ding.
Akan tetapi benarkah isi gelas atau botol bening lebih segar? Ini soal persepsi saja. Kalau tak ada wadah lain, cangkir keramik pun tak soal bagi saya. Nah, setelah mengenal sekian macam kopi yang saya giling sendiri untuk French press, saya lebih suka cangkir kopi yang bening. Kenapa? Warna setiap jenis kopi berbeda. Ada yang kekuningan mirip teh. Kopi yang hitam saya belum pernah mencicipi. Yang saya tahu, minuman kopi hanya berwarna cokelat gelap.
Untuk urusan di luar minuman saya menyukai wadah bening karena isinya tampak jelas. Maka saya sering memanfaatkan gelas untuk wadah alat tulis. Tetapi untuk menggunakan tas tangan maupun tas cangklong transparan saya tidak berani. Saya menganggap itu hanya untuk perempuan. Desainernya juga membuat tas macam itu untuk kaum hawa. Kalau kantong belanja dari toko dan kedai sih bukan masalah.
Soal transparansi sering didengungkan pemerintah. Tetapi kita tahu, dalam proses perundangan prinsip itu sudah sekian kali dilanggar oleh DPR dan pemerintah. Misalnya revisi UU TNI. Demikian pula untuk hal lain yang menyangkut kepentingan publik.
Celakanya kita tidak kapok ikut pileg dan pilpres. Hal itulah yang membuat politikus girang karena selalu memperoleh legitimasi dari rakyat. Ironi manusia sosial memang itu: masih butuh pemerintah dan negara untuk mengatur kehidupannya.


3 Comments
Saya sih sudah kapok ikut pileg dan pilpres.
😂😂😂😂😂😂
Lik Jun beruntung 😂👍