Entah CD entah DVD isinya, kotak terbalut plastik itu sudah berdebu. Saya harus menyekanya dengan tisu meja makan warung gudeg agar tulisannya bisa dipotret lebih jelas.
Ada beberapa keping terkemas dalam rak peraga gudeg kalengan, sebelah meja nomor 4, di warung itu. Lokasi warung di pinggir Selokan Mataram, seberang hutan kampus UGM di belakang Gedung Pusat. Dua cakram yang menarik adalah kumpulan cerita silat Kho Ping Hoo dan kumpulan tesis. Harga per keping Rp35.000.
Cakram tesis tersebut bertajuk Koleksi Tesis Semua Jurusan. Entah apa maksudnya nyatanya tak ada bidang filsafat, sejarah, teologi, tarbiyah, ushuluddin, syariah, dan seni rupa sampai seni tari.
Lalu untuk apa cakram ini? Tentu untuk belajar. Bukankah dalam sampul disebutkan ada “daftar pustaka berbagai jurusan”? Baguslah, menghemat waktu dan langkah ke perpustakaan.
Eh, tapi ini cakram edisi kapan? Bukankah secara daring banyak konten serupa ini? Entahlah, saya orang lawas yang kurang terpelajar.
Saya hanya ingat seseorang yang tak terlalu saya kenal, yang dalam sebuah reriungan mengatakan bahwa membuat karya tulis itu yang penting jadi, dan lulus dengan nilai bagus, lalu dapat kerjaan dengan gaji bagus.
Katanya, “Kalo ada yang nuduh saya nyolong, emangnya ada yang kehilangan, ada yang dirugikan? Lagian saya kan nggak pengin jadi dosen? Etika akademis jangan dibikin rumit!”
Saya mengacungkan jempol. Kagum. Dia tersenyum.
Saya katakan, “Wah mestinya Njenengan kuliah di filsafat, bisa kasih pencerahan macam gini. Bisa bikin video semacam ethics for dummies atau for idiots…”
Tetapi dia tak tertawa bangga. Wajahnya memancarkan kekesalan. Aneh, pikir saya, orang dipuji kok marah.
Kalau saat itu kata nda*mu sudah populer mungkin saya mengusulkan dia bikin ethics for nda*mu.
