Renungan kedai kopi

Belajar dari yang pahit. Kenapa kedai kopi senang berkalimat di dinding?

▒ Lama baca < 1 menit

Renungan kopi pahit Kopi Poster warung kopi sasetan di Jalan Raya Kodau, Kobek, Jabar — Blogombal.com , Puri Gading, Kobek, Jabar — Blogombal.com

Pada dinding kedai kopi, yang ruangannya diterangi bohlam kekuningan, itu tertulis kalimat hasil tulisan tangan, “Dari kopi aku belajar kalo yang pahit masih bisa dinikmati.” Oh, baiklah. Maka saya menjura kepada tembok itu. Orang yang mentraktir saya pun tertawa kecil.

Renungan kopi pahit Kopi Poster warung kopi sasetan di Jalan Raya Kodau, Kobek, Jabar — Blogombal.com , Puri Gading, Kobek, Jabar — Blogombal.com

Sudah lumrah jika kedai kopi memasang dekorasi, berupa teks maupun gambar, hasil kerja manual. Biasanya dengan gaya retro. Dari sisi biaya tentu lebih mahal ketimbang memanfaatkan cetak digital. Pengecualian berlaku jika yang menulisi dan menggambari adalah pemilik kedai.

Macam-macam gaya teks kedai kopi. Ada yang berbahasa Inggris, misalnya mengutip ucapan orang terkenal, dan ada pula yang msngarang sendiri. Terserah. Sesuai selera setiap pemilik kedai.

Poster warung kopi sasetan di Jalan Raya Kodau, Kobek, Jabar — Blogombal.com

Warung kopi sasetan di kawasan saya ada yang memasang gambar dan teks dalam poster berbahan lembaran plastik. Pemiliknya orang Jawa, meskipun warungnya di Kobek, Jabar, dia menganggap semua pengudapnya dapat berbahasa Jawa. Terjemahannya ada dalam pos.

Begitulah orang Jawa. Karena populasinya besar, sekitar 40 persen di Indonesia, mereka merasa orang non-Jawa akan paham bahasa Jawa. Memang sih tak semua orang berdarah Jawa dapat berbahasa Jawa. Dalam keluarga Jawa, sekitar 70 persen masih dapat berbahasa Jawa. Eh, data dari mana? Silakan Anda cari. Termasuk menanya AI.

Tinggalkan Balasan