Setengah tujuh pagi, saya jumpai keranjang paket pada pintu pagar berisi sesuatu. Bukan paket dari lokapasar. Juga bukan kiriman via Gosend maupun dari Gofood. Saya tak tahu dari siapa. Tak ada secarik kertas penyerta.
Hal yang pertama kali menarik mata saya adalah tulisan pada tas plastik, yaitu “thank you“. Memang kebetulan, karena ini tas bekas pakai. Lalu tas saya kuak. Oh, ternyata lontong sayur. Dari dapur sendiri.
Istri saya yang sedang mandi saya kabari, sekalian menanya itu kiriman siapa, apakah dia memesan dari seseorang. Dia menebak itu dari salah satu tetangga kami. Usai mandi dia menelepon tersangka. Ternyata benar. Dari tetangga. Kami berterima kasih.
Mungkin Anda akan bilang itu hal biasa dalam pertetanggaan. Baiklah. Namun dalam hal biasa itu bagi saya tetap ada hal menarik: pagar mangkuk. Silaturahmi terjaga melalui saling mengirim makanan, kadang juga camilan oleh-oleh dari luar kota.
Lingkungan hunian saya memungkinkan hal itu. Saya tinggal di kompleks lama, dulu sangat sederhana, hubungan pertetanggaan masih seperti dalam kampung. Nama area saja yang berbeda, karena kompleks adalah kawasan bentukan, sedangkan kampung biasanya tumbuh organik.
Misalnya karena rezeki memungkinkan saya tinggal di kompleks berpagar tinggi, dengan masing-masing rumah dijaga satpam, mungkin saya tidak bisa menikmati pagar mangkuk. Terlalu repot untuk dilakukan. Di lingkungan saya sekarang, saya masih boleh mencuri dengan seizin pemilik, sejak daun pandan, cabai, daun salam, hingga belimbing wuluh. Satu lagi: mangga besar dari halaman tetangga yang sudah dia petik kan kemudian diantarkan ke rumah saya.