Entah kenapa sepeda biasa — bukan jengki, bukan MTB, bukan sepeda balap, bukan city bike, bukan hibrida, pun bukan sepeda mini maupun BMX dan sepeda lipat — disebut sepeda ontel. Padahal dalam bahasa Jawa, ngonthèl berarti menggerakkan jentera.
Maka muncullah sebutan pit onthèl. Bahasa Indonesia mulanya lebih menyukai mengayuh sepeda, padahal bukan untuk push bike yang tak beda dari kendaraan The Flintstones — pun bukan mendayung sampan.
Waktu saya kecil, istilah pit onthèl adalah sebutan kontra untuk pit montor atau sepeda motor. Maka dalam persepsi saya, semua sepeda dengan pedal kayuh adalah pit onthèl.
Namun dalam perjalanan waktu, sebutan sepeda ontel hanya berlaku untuk sepeda model lama sebelum ada sepeda jengki.
Bahasa yang hidup itu dinamis. Bukankah di Indonesia podcast juga diartikan obrolan dalam video, bukan hanya audio, seperti asal mulanya sebagai penggabungan nama iPod dari Apple dan kata broadcast?
Era podcast awal berupa audio pun mungkin tak semua orang menggemari karena pemilikan iPod tak seluas ponsel yang dapat memutar musik.
Untuk sepeda ontel, KBBI V memerikannya dengan jelas: “sepeda tua yang umum digunakan pada zaman Hindia Belanda hingga tahun 1970-an dengan ukuran ban 28 inci”.
6 Comments
Di Solo ada istilah pit kebo (lanang dan wedok). Ini pit kebo wedok.
https://id.pinterest.com/pin/682999099734632231/
Ya, ada yang nyebut pit kebo dan ada pula pit onta
Pit apapun, dahulu kawan-kawan saya di kantor di Surabaya heran, lalu tertawa, kalau saya nyebut pit. Sebab, kata yang mereka pakai adalah sepeda pancal.
Ya sepeda pancal. Ada sebutan itu.
Orang Solo Raya kalo nyebut pit bisa berarti sepeda motor.
kalo wong solo untuk sepeda motor nyebutnya “brom pit”
Iya tuh, dari bahasa Belanda