Ngeblog itu kegiatan tak berfaedah kata yang tak suka, kecuali menghasilkan cuan. Panji bloggin' with passion itu usang.
↻ Lama baca 2 menit ↬

Ngeblog itu kegiatan tak berfaedah kata yang tak suka, kecuali menghasilkan cuan

Kebingungan itu bisa menular. Seseorang, lebih muda dari saya, mengatakan dirinya bingung akan ngeblog dengan isi apa saja.

Saya jawab, “Apa yang sampean suka tulis aja. Kalo orang lain ndak suka, itu masalah mereka. Tapi kalo orang yang nggak suka itu karena tersinggung atau merasa dirugikan, ya perlu rembukan supaya urusan nggak sampe pengadilan.”

Tetapi jawaban saya membuat dia bingung lalu dia berniat mengurungkan rencana. Kenapa? Saya menyebut kata pengadilan. Ini salah saya. Tak cermat memilih kata.

Untunglah akhirnya dia paham, tidak jadi mengurungkan langkah. Namun dia tetap mengaku bingung. Pancingan saya tak tak menggerakkan dirinya. Akhirnya saya yang bingung.

Saya katakan, teruskan saja cara di Facebook, menulis apa saja yang ingin dia tuturkan. Dia bilang, “Saya ngga suka FB. Udah lama out dari sana.”

Ternyata dia juga tak punya akun X dan Instagram. Tetapi kalau TikTok, dia sering melihat. Saya bilang, “Bikin video aja pake hape. Selesai.”

Dia berkelit, “Malu ah kalo nampilin wajah.” Saya mengusulkan pakai masker seperti Om Mobi di YouTube. Atau video tanpa tampilan diri, cukup subjek utama, misalnya perkakas atau makanan, “Soal suara pake voice over berbasis AI, text to speech.”

Dia tetap ogah. Alasannya, tak telaten bikin video.

Saya usul membahas buku yang dia baca. Dia bilang tak suka baca buku, “Baru sepuluh halaman udah capek, ngantuk.”

Bagaimana kalau membahas film yang ada di TV, Netflix, Vidio, dan sebangsanya? Tak harus berupa reviu, “Bisa juga bahas adegan orang merokok yang tidak disensor.” Dia menggeleng.

Oh, membahas makanan tetapi bukan reviu, “Misalnya tentang warung rendang langganan sampean yang pelayannya suka senam di depan etalase?” Dia mengangkat bahu.

Aha! Saya punya ide: “Sampean belum pensiun, suka presentasi, jadi pembicara, menjelaskan produk. Bisa buat blog itu!”

Dia jawab cepat, “Itu karena kerjaan, urusan kantor. Lagian kok kayak kecanduan promosi diri. Saya liat umumnya pembicara, terutama dari golongan motivator, suka nampilin dirinya lagi presentasi, pake foto, termasuk foto arsip, tapi ceritanya dikit. Pasti itu promo, buat merawat market, supaya diundang terus. Kalo presentasi saya kan bukan buat diundang.”

Lalu saya punya ide, “Gimana kalo bikin ramalan togel?”

“Sekarang kabarnya nggak musim. Orang lebih suka main slot online.”

Maka saya pun bingung. Menyerah. “Ya udah nggak usah ngeblog. Lagian blog itu udah dijauhin orang, banyak bloger sudah insyaf, ogah buang waktu buat nulis, mending waktunya buat berinteraksi online, bukan asyik dengan diri sendiri,” kata saya.

“Tapi saya pengin punya blog. Pengin nulis.”

Saya makin bingung. Ini lebih rumit daripada orang lapar tetapi bingung mau makan apa padahal punya duit dan tak dapat segera memutuskan padahal asam lambung mulai merambat.

Meskipun demikian saya dapat berkah: kebingungan seseorang yang ingin menulis menjadi pos di blog ini.

¬ Gambar praolah: Unsplash

8 thoughts on “Bingung mau ngeblog yang gimana

      1. BTW jika nanti ada orang bilang pengin mulai ngeblog tapi bingung — dengan berbagai alasan —mungkin bisa dijawab begini : Mumpung belum mulai ngeblog, nggak usah ngeblog saja karena blog itu :

        – Tidak ada duitnya.
        – Tidak banyak pembacanya.
        – Tidak bikin kondang/terkenal.
        – Beberapa tidak lain yang Paman lebih tahu daripada saya.

        1. Jawaban saya konsisten. Ngeblog setiap sempat dan ingat tanpa mengenal tenggat, demi mengerem kepikunan.

          Lalu bagaimana dengan para narablog yang dulu mengibarkan panji ngeblog dengan passion, lalu sekarang padam? Bukan masalah saya. Karena saya tak pernah bicara passion.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *