Bersandal jepit dia susuri jalan dan lorong sambil membunyikan barang dagangan. Berapa kilometer dia tempuh per hari, pasti ada yang lakukah?
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Penjual keliling ember dan baskom yang berjalan kaki

Suara dèèkkkk dèèkkkk dèèkkkk itu antara saya kenali dan tidak. Saya pun menoleh ke belakang. Oh, penjual ember dan baskom. Dia menjajakan dagangannya dengan berjalan kaki. Apa yang dia teriakkan kurang jelas bagi telinga saya. Tetapi dari suara baskom beradu sudah jelas pesannya: menjual barang yang dia bawa.

Saya belum dapat perbandingan penjual lain yang berkeliling dengan membunyikan barang yang mereka jual. Ting ting ting penjual bakso? Dia tak menjajakan mangkuknya. Penjual putu tak menjual peluit uap. Oh ya, penjual balon yang memencet sebuah balon dengan pembuluh, toettt toeettt toeettt… Memang sih yang dia jual balon yang tidak dapat berbunyi.

Saya menahan langkah agar dia mendahului, lalu mengikuti dari belakang. Saya tak tahu apakah setiap hari ada ember maupun baskom yang laku. Saya juga tak tahu berapa kilometer dia menempuh jarak harian hanya dengan bersandal jepit. Hidup yang berat.

Tentu istilah berat dan perjuangan bisa berbeda takaran pada setiap orang. Pedagang keliling gayung plastik dengan pikap juga butuh biaya operasional besar. Seratus pembayar pajak pribadi terbesar pun tetap merasa hidupnya penuh perjuangan, tidak berleha-leha.

Banyak pengusaha tak tenang ketika harus mem-PHK massal ratusan bahkan ribuan karyawan karena mereka tahu di belakang setiap pekerja ada banyak mulut, dan jika menyangkut anak berarti masih harus disekolahkan.

@gendulbotol
Penjual keliling, membunyikan dagangannya untuk menawarkan ember dan baskom. Berapa kilometer dia berjalan setiap hari, apakah saban berkeliling laku?

♬ suara asli – Antemono Tempilingen


——

Moko, si mobil toko serbagoceng

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *