Threads sedang ramai diobrolkan sebagaimana calon pengenyah Twitter. Uli Herdi, penyiar Brava Radio, tadi pagi bilang platform ini diminati pengguna lama Instagram yang “lagi lucu-lucunya, lagi seru-serunya”.
Sedangkan Kompas memberitakan pada halaman pertama dengan gaya berjarak: orang pada latah, dan mengingatkan soal keamanan data pribadi. Kata “latah” Kompas kutip dari dari ucapan Direktur Eksekutif Elsam Wahyudi Djafar.
Saya mencoba memasang Threads, melihat sebentar, lalu keluar, dan uninstall. Ponsel saya belum protes tetapi saya tahu dia sudah keberatan muatan aplikasi. Maka saya belum beroleh kesan mendalam. Cuma seperti orang melongok papan tulis menu di depan pintu kedai, lalu masuk sebentar sonder memesan apapun.
Soal keamanan data pribadi memang krusial. Negara wajib melindungi warga tanpa membatasi kebebasan — maaf kalau kalimat ini membingungkan, maka kita diskusikan lain kali. Saya pernah dikontak perusahaan pinjol untuk menegur seorang debitur. Nomor saya ada di ponsel Mas Ayam Bakar. Ibu saya pernah di-SMS perusahaan pinjol, diminta menegur seorang debitur, karena nomornya ada dalam ponsel Mbak Katering pemasok lauk.
Meta Platfors Inc., pemilik Threads, Instagram, WhatsApp, Facebook dan lainnya, yang bermarkas di Dublin, Irlandia, belum menjalankan platform baru itu ke 22 anggota Uni Eropa karena belum beroleh lampu hijau.
Baiklah, keamanan dan perlindungan data pribadi di semua dan setiap platform adalah satu hal, namun media berita yang merasa diri sebagai arus utama adalah hal lain.
Saya membayangkan jika menjadi warga milenial maupun generasi Z, dan aktif di sejumlah platform medsos, mungkin akan bergumam tentang media berita, “Halah sekarang sampean bilang orang pada latah, ogah FOMO, tapi besok sampean ikutan di sana, sekalian nyomot konten medsos buat berita tanpa follow up.”
Ehehe lama tidak silaturahmi di blog Mas Antyo. Somehow sebelum datang, saya ngerasa pastiiii Mas nulis tentang THREADS ahahaha. Ternyata betul euy. 😅😊
Nilai 100 untuk Mbak Uril 👍👍👍🤣
saya bersyukur Threads tidak masuk ke EU (tapi masuk ke Inggris)..
Kok bersyukur? 😉
Kalau saya, kebutuhan sudah tercukupi oleh Instagram dan Facebook (plus WhatsApp).
Tentang media akan memanfaatkan medsos baru, yah begitulah.
Aneh kalo media gak ciblon di medsos.
Tapi kalo soal yang ya gitu deh, ehm….
Aku juga termasuk yang latah karena penasaran, tapi habis itu aku uninstall. Tidak betah di sana. Orang yang tidak aku follow, tapi muncul di Home. Dan Threads-nya bukan based on chronological order. Jadi malas.
😁😁😁😁😁
Kompas salah data. bukan 5 juta pengikut dalam satu jam, tapi empat jam pertama. “in the first four hours” kata Zuckerberg.
Aha! 👍🙏😇
Takjub saya, ada komen kisanak ndoro di sini. Apalagi komennya mencerahkan.
Lha yes to 👍