Kalau media berita daring ingin menyajikan foto bagus, itu cerminan paradigma media cetak.
↻ Lama baca 2 menit ↬

Saut Situmorang Koalisi Masyarakat Sipil di MA

Sudah jamak terlihat, reporter merubung narasumber dengan mengacungkan ponsel untuk merekam ucapan. Namun bagi saya foto bekas Waket KPK dirubung ponsel ini paling kuat dari galeri berisi 13 foto di Kompas digital, saat Koalisi Masyarakat Sipil ke Mahkamah Agung, untuk mendaftarkan uji materi peraturan KPU yang membolehkan bekas napi koruptor jadi caleg.

Saut Situmorang Koalisi Masyarakat Sipil di MA
PONSEL | Tampilan aplikasi Kompas.id di ponsel. Sebelah kiri laman kanal, yang kanan laman artikel.

Saya melihat foto karya Rony Ariyanto Nugroho ini pertama kali kemarin malam (Senin, 12/6/2023) di aplikasi Kompas.id. Foto unggulan tidak menarik. Tetapi tetap saja saya klik. Ternyata ada foto menarik di urutan kedelapan. Ya foto Saut itu.

Saya pun membatin kenapa bukan foto Saut dikelilingi ponsel yang menjadi featured image di laman indeks. Tadi malam, eh kemarin malam, saya membuat tangkapan layar untuk posting tetapi karena terinterupsi urusan domestik jadi lupa.

Saut Situmorang Koalisi Masyarakat Sipil di MA
KORAN | Versi koran, berita utama Politik & Hukum, hanya menampilkan satu foto: Saut Situmorang.

Koran Kompas hari ini (Selasa, 12/6/2023), karena dalam berita soal uji materi itu hanya memajang satu foto, memilih foto Saut. Bagus. Tepat.

Saut Situmorang Koalisi Masyarakat Sipil di MA
WEB | Tampilan Kompas.id di peramban. Sebelah kiri laman kanal, yang kanan laman artikel.

Saya tak tahu apakah editor untuk koran cetak (termasuk e-paper) dan versi digital (aplikasi dan web) itu sama. Misalnya orangnya sama, kenapa untuk versi digital sering kali beda foto unggulan untuk laman indeks. Misalnya pilihan foto unggulan untuk rapat Komisi I DPR dan BIN. Ada foto Nurul Arifin berjaket BIN.

Saut Situmorang Koalisi Masyarakat Sipil di MA
TABLET | Tampilan aplikasi Kompas.id di tablet . Sebelah kiri laman kanal, yang kanan laman artikel.

Oh iya ya, itu urusan dapur orang. Redaksi Kompas punya pertimbangan sendiri. Pasti ada alasannya.

Ada hal lain yang ingin saya sampaikan. Rasanya, oh maksud saya menurut kesan saya dari melihat secara acak, makin sedikit media yang menampilkan foto bagus. Saya harap kesan saya salah. Republika dulu termasuk bagus. Begitu pun Tempo.

Untuk foto profil, sejumlah media masih menyajikan foto bagus. Misalnya Media Indonesia, Liputan6, dan Kumparan serta Jawa Pos. Begitu pun CNN Indonesia dan CNBC Indonesia. Foto mereka itulah yang sering diembat media lain, dan… bloger seperti saya. Namun sebisanya saya mencantumkan sumber gambar praolah untuk ilustrasi tulisan.

Tentu foto Antara termasuk yang bagus. Sayang tadi saat mau menengok foto uji materi di laman unduh Antarafoto saya tak punya akses legal lagi.

Eh, tetapi masa sih foto bagus berkurang? Sekali lagi semoga saya salah. Memang sih saya pernah mendengar petuah macam ini: media daring tak perlu punya fotografer bagus, apalagi sampai beberapa, yang membutuhkan belanja alat, karena pembaca tak butuh, lagi pula tak menentukan tingkat dilihat.

Guyon pahit mengatakan, kalau media berita daring ingin menyajikan foto bagus, itu cerminan paradigma media cetak.

Maka saya pun bergumam, “Apalagi di era foto hasil AI.”

Foto Saut dirubung ponsel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *