Pilihan setiap media dalam menampilkan foto lumrah layak diamati. Tapi nasib jepretan bagus tergantung editor foto.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Para tersangka proyek kereta api di KPK

Dari sejumlah foto di media tentang kasus korupsi pekan ini, berupa suap proyek jalur kereta api di tiga provinsi, saya paling suka foto Kompas ini. Foto ekspos oleh KPK tak menarik bagi saya karena publik sudah melihat di TV dan media sosial.

Sang pewarta foto ini jeli, dan kesan saya dia gigih. Memotret pada dini hari — jam menunjukkan pukul 02.23 — dia tak puas dengan bidikan biasa. Jempol untuk Rony Ariyanto Nugroho. Publik mendapatkan gambar para tersangka sedang berbaris menaiki tangga di gedung KPK. Bukan stairway to heaven, tetapi ke level berikutnya, tak hanya ditahan dan pada saatnya menjadi pesakitan atau terdakwa.

Para tersangka proyek kereta api di KPK

Melihat foto ini saya langsung teringat anak-anak zaman dahulu bermain, tangan masing-masing anak memegang bahu anak lain di depannya, sambilan bernyanyi “naik kereta api tut, tut, tut, tut…” gubahan Ibu Soed (1908—1993).

Hasil jepretan sang pewarta ini bagus, namun jika sang editor foto tak bagus juga akan percuma — bukan percuma dalam arti gratis seperti lagu “Kereta Apiku” — karena gambar langsung jadi arsip yang belum tentu akan terlihat oleh khalayak.

Oh ya, kenapa foto tak dikoreksi melalui penyuntingan, sehingga garis dan bidang tampak tertib di mata? Foto jurnalistik kadang membiarkan apa adanya. Lebih jujur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *