Dari iklan dan rekomendasi berita saya dapatkan warta tentang Verrel Bramasta, putra Venna Melinda. Benarlah seperti yang pernah saya sebut, media berita mengulang konten media sosial, terutama dari akun seleb, isinya sama semua, dan topik pindah agama selalu laku.
Termasuk dalam soal kehidupan seksual pribadi ternyata ada pula isu keperjakaan. Baiklah, Anda bisa bilang salah sendiri menjawab begitu dalam acara video bincang. Begitu juga jika menyangkut seleb perempuan yang masih lajang, yaitu soal keperawanan.
Isu virginitas itu penting karena justru merupakan hal yang amat sangat privat nian; sebenarnya pun tak ada pertautannya dengan urusan publik.
Ketika saya akan menulis ini saya cari ucapan Verrel di YouTube. Agak lama. Oh ternyata itu unggahan setahun lalu (menit 3.03), dalam transkripsi ditandai sebagai musik. Halah. Kok jadi berita baru sekarang?
Eh, bisa jadi saya tak tahu ada video lainnya juga dari kanal Boy William, lebih mutakhir, yang memuat soal keperjakaan Verrel.
https://youtu.be/zj7SGb1zSH4
Cuplikan video lawas itu tahun lalu sudah diunggahkan akun The World News. Mestinya bukan info baru, tetapi sekali lagi saya heran kenapa media berita bisa kompak. Sangat mungkin saya tak paham apakah ada news peg, cantelan peristiwa sebagai alasan pewartaan suatu hal, selain Ferry Irawan menangis minta maaf. Media berita bisa beramai-ramai mewartakan pasti ada dasar yang kuat — karena setahu saya begitu.
https://youtu.be/ULySiBQK8Rc
Lalu? Sebenarnya ada yang mengundang rasa ingin tahu saya. Yaitu adakah karya ilmiah, setidaknya skripsi dan artikel dalam jurnal, berdasarkan penelitian, tentang hal saya yang sebut tadi?
Misalnya membedah isu transmedia, katakanlah dari YouTube dan Instagram plus Tiktok ke media berita, disertai isu pindah agama, dalam kanal dan rubrik infotenmen.
Soal berita hiburan yang mengundang gibah, kata sebagian orang itu cuma perkara cemen remeh. Tetapi nyatanya secara bisnis laku. Bahkan ada yang berpendapat konten macam itu bisa memengaruhi sebagian masyarakat penggemarnya dalam hal, misalnya, gaya hidup dan perubahan nilai-nilai komunal.
Artinya soal macam itu layak untuk dikaji, bukan cuma posting dalam suatu atau sebuah blog yang isinya acak sesuka pemiliknya.
5 Comments