↻ Lama baca 2 menit ↬

Jurnalisme Indonesia mau ke mana?

“Jurnalisme tuh mau ke mana, ya?” tanya Melati Tititeliti.

“Tanya aja, tiketnya jurusan mana,” jawab Kamso.

Lantas Melati menumpahkan kekecewaan soal praktik jurnalistik. Panjang, banyak, lengkap, dengan contoh. Jika disimpulkan, kemasygulan bekas wartawati itu adalah banyak jurnalis menulis semaunya. Judul banyak berupa tanya, atau tajuk dengan awalan “begini…”, tulisan panjang empat kali next, halaman pertama berupa labirin.

Kamso hanya menyimak. Melati terus menuangkan kegelisahan. Akhirnya dia tutup, “Capek aku cerita ini. Apa karena aku orang masa lalu ya, gagal paham zaman? Gagap memahami informasi abad digital? Menurut Mas Kam?”

“Zaman terus berjalan. Jurnalisme juga. Ini era ketika jurnalis dan pembaca setara. Dulu di media kamu sebelum era internet ada perpustakaan, ensiklopedia yang dijejer semeter lebih, banyak majalah luar negeri, langganan teleks dari kantor berita. Jurnalis bisa mbagusi karena seolah duluan tau. Sekarang, info yang diterima pembaca dan redaksi sama, kecuali hasil liputan dan wawancara khusus. Tugas media cuma memberikan perspektif, menghadirkan konteks, dan mengarahkan proyeksi masalah.”

“Bukan soal itu, Mas!” sergah Melati.

“Apa dong?”

“Kenapa bikin tulisan genah aja nggak bisa? Urusan simpel dituliskan berbelit?”

“Nggak tau.”

“Mas tahu Ndoro Kakung, kan? Belakangan dia nulis dengan bahan konten robotik ChatGPT. Dia kayak ngécé para jurnalis pembuat konten mbulet, bahwa robot aja bisa nulis linier, jelas, informatif. Intinya, robot bisa nulis efektif.”

“Oh, Ndoro Kangkung? Ya, aku pernah kenalan. Konon dia hobi hidroponik.”

“Mungkin dia mau kasih contoh, kelak kalo robot bisa writing with style, setidaknya memperkaya tulisan linier, maka para penulis konten bertele-tele itu akan kerepotan. Kalo cuma pakai tulisan robotik, semua media bisa sama.”

“Jangan sinis dan pesimistis gitulah.”

So?”

“Sebenarnya mereka bisa nulis genah. Tapi semua ikut rezim pengemasan informasi yang mengharuskan tulisan itu lama dibaca, jangan sampai cukup dari judul dan excerpt plus lead sebagai pembuka tiga paragraf di depan, pembaca langsung paham. Ini menyangkut trafik, analytics, dan iklan.”

“Pasti habis ini Mas Kam mau bilang kalo pembaca nggak protes, kan?”

Menempatkan diri sebagai anak: “Ini adalah…”