“Napa Oom, media suka beritain seleb selingkuh, putus pacaran, cerai, pindah agama?” tanya Dasuki Yaki.
“Ada data, misalnya frekuensi pemuatan topik gituan? Robot bisa melakukan, Das,” sahut Kamso sok bijaksini.
Dasuki bilang, di Google sering muncul rekomendasi kabar macam itu. “Lantas di indeks berita, soal gituan selalu ada. Yang bau agama nggak cuma yang konversi, tapi fesyen, hijrah, dan sebangsanya. Yang lucu, orang jadi kayak seleb karena pindah agama,” Dasuki menutup sangkaan.
“Artinya kita ini masyarakat religius, kayak klaim selama ini. Coba aja kamu tik nama tokoh di Google, biasanya muncul kata agama.”
“Masyarakat religius tapi banyak kasus korupsi, perilaku di jalan raya miskin adab? Yang tadi belum kejawab, napa media suka angkat topik itu?”
“Media nulis apa yang disukai orang. Redaksi punya statistik topik gituan. Pasti lebih laku ketimbang resensi buku.”
“Tapi ada media yang nggak peduli soal gituan, kan? Kesannya intelek gitu, nggak cemen.”
“Bisa aja buat redaksi itu nggak penting. Selingkuh, cerai, atau jadi mualaf maupun murtadin, itu ranah pribadi. Kalo pembaca pengin tau silakan tengok media lain dan medsos, termasuk akun seleb.”
“Nah! Ini! Media berita cuma mindahin gosip di medsos! Juga mindahin foto seleb di medsos, dari gaya liburan seleb sampe gaya busana setelah hijrah. Kesian ya? Ada juga yang kayak follow up, dulu media sampe ngejar seleb murtadin di tempat ibadah buat moto, Oom.”
“Medsos bikin redaksi bingung, setiap seleb punya media dan konten sendiri, nggak butuh media berita. Tapi di sisi lain redaksi hepi, dapat bahan, nggak perlu ngirim orang buat bergaul di dunia gibah seleb apalagi nugasin paparazzi, kecuali waktu ada kasus murtadin. Ngirit.”
“Masa sih? Terus napa kalo soal pindah agama, dari kalangan minoritas ke mayoritas, bukan sebaliknya, kayaknya lebih laku, Oom?”
“Ini bukan persoalan dunia hiburan. Aku nggak bisa jawab. Nggak paham.”
¬ Gambar praolah: Freepik
7 Comments
Sebagai pembaca setia rubrik DMKM aku yo sedih, Paman. Berita album baru, film baru, buku baru, yang berarti karya, kayaknya yo selalu kalah hits sama berita ginian di jagat inpotemen saiki.
Apa boleh buat, rezim Google telah menentukan segalanya. Disertasi Rieke Diah Pitaloka gak layak bahas dalam infotenmen 🙈
Dan belakangan KDRT….
Beda dong. KDRT itu ranah publik, pidana. Makanya dalam kasus Billar tempo hari media yang gak pernah bahas soal gibah juga memberitakan 🙏
👍