Kelebihan media berita adalah mengarsipkan sampel konten pesohor di medsos, dan arsip itu lebih ramah Google.
↻ Lama baca 2 menit ↬

Rumah Ari Kriting diserbu reporter

Setahu saya, Arie Kriting itu komedian dan aktor. Saya belum pernah tahu masalah dia, misalnya diperdayai pemberi job, tak dibayar. Lalu dari Twitter saya jadi tahu dia mengeluhkan serbuan reporter ke rumahnya.

Sejauh saya mencari tahu, soal Arie mengemuka karena istrinya bertandang ke rumah orangtuanya, menghadiri acara keluarga. Apakah itu penting bagi publik? Beda media beda minat dan kepentingan. Kalau film yang Arie ikut bermain, The Big 4 di Netflix, umumnya media menganggap penting.

Secara umum, media menilai tinggi prominensi orang lalu berprinsip name makes news. Sebetulnya tak hanya media, karena kehidupan sosial di kampung pun menyoroti warga yang terkenal meskipun belum tentu populer. Maksud saya populer adalah disukai dan atau merakyat.

Jika menyangkut pesohor di ranah hiburan, dan juga politik, urusan pribadi si tokoh kerap diperlakukan sebagai konsumsi publik. Hal itu dianggap konsekuensi, bahkan risiko, bagi pesohor yang umumnya memang berjuang untuk dikenal dan diterima publik karena menyangkut karier.

Lalu? Berita pesohor itu banyak peminatnya. Pilihan terhadap tokoh dan sudut pandang berita tergantung setiap media. Maka ketika membahas skripsi aktris Dian Sastro di Jurusan Filsafat FIB UI, Tribun Timur (2021) dalam judul mengawalinya dengan dua kata “Bikin Puyeng!“, lalu artikel yang terdiri atas empat halaman baca itu menyalin abstrak.

Sedangkan terhadap aktris dan politikus Rieke Diah Pitaloka, tak semua media tertarik menyinggung skripsi tentang kekerasan negara, dengan bingkai banalitas kejahatan, merujuk Hannah Arendt, yang kemudian dibukukan. Kapanlagi (2004) termasuk yang mengangkat hal itu karena ada jumpa pers dalam peluncuran buku.

Sedangkan terhadap disertasi Rieke, Kebijakan Rekolonialisasi: Kekerasan Simbolik Negara Melalui Pendataan Perdesaan, berupa perbandingan data perdesaan versi pemerintah dan warga, Republika (2022) memberitakan dengan datar, sama seperti terhadap berita seputar perguruan tinggi pada umumnya.

Berita ihwal Dian dan Rieke itu menyangkut pesohor. Tetapi, maaf, meskipun itu berita penting saya menyebutnya tidak menghibur khalayak ramai maupun sepi. Publik kurang terkesan, tak seperti terhadap kabar artis berbelanja, berlibur, berbaju hari raya, dan menggelar pesta pernikahan. Maksud saya, media hanya memindahkan konten Instagram unggahan si tokoh atau temannya.

Jika media disebut mengamplifikasi konten medsos artis mungkin bisa kurang tepat, karena konten artis tertentu sudah kuat. Kelebihan media berita adalah mengarsipkan sampel konten pesohor di medsos, dan arsip itu lebih ramah Google.

Orang bilang, yah inilah infotenmen — pengindonesiaan sementara untuk infotainment. Maksud saya infotenmen dalam pengertian hari ini: berita layak gibah seputar pesohor. Termasuk juga asmara seorang suami atau istri tenar dengan orang lain, dan juga kabar perceraian yang sidangnya tertutup sesuai UU Peradilan Agama.

Berita lain ihwal pesohor yang laku, dan ramah Google, adalah saat seseorang berganti agama. Urusan yang sangat privat itu oleh media diformat menjadi masalah publik.

Kembali ke keluhan Arie Kriting, ya. Kawan saya, salah satu pendiri pelopor acara infotenmen TV yang kemudian sempat menjadi tabloid, pernah menunjukkan video awak infotenmen mengerubuti lalu mengejar seorang pesohor yang ogah menjawab masalah pribadinya, dan salah seorang terdengar berucap, “Tolong dong, kita kan cari makan.”

Soal bagaimana reporter oleh narasumber dirasakan mengganggu itu bukan isu baru. Seorang editor media berkomentar, “Halah kalo lagi bagus dan butuh promo, mereka itu welcome sama media.”

Editor lain bilang, kita semua munafik, sinis terhadap berita gibah tetapi data daring menunjukkan trafiknya tinggi.

Ucapan dari konglomerat untuk konglomerat lain yang besanan

2 thoughts on “Hipokrisi terhadap infotenmen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *