Halah itu lagi. Lagu lama. The same old song. Tadi, pukul sebelasan, matahari bersinar penuh, terik membakar kulit. Mobil tetangga depan masih di halaman. Pantulan kaca depannya memberi proyeksi ke tembok ruang depan di rumah saya. Setiap kali ada orang dan kendaraan melintas, tampak siluet bergerak.
Saya memotretnya dengan ponsel. Memanfaatkan setelan otomatis seperti biasanya. Intensitas cahaya berubah-ubah, hasil jepretan tak sama, namun saya tak peduli. Urusan white balance selalu saya abaikan. Momen singkat ini saya nikmati.
Memang sangat personal. Sangat subjektif. Saya menikmati kegembiraan masa kanak-kanak. Hanya proyeksi pada tembok pun saya amati. Bagi saya itu perlu agar hidup tak membosankan. Sekalian merawat ingatan. Pun kesadaran.
Orang dewasa yang asyik sendirian bermain karet gelang agar menjadi bunyi cengkerik, tanpa sadar ada yang mengamati, jangan diganggu. Dia sedang merawat kesadaran dan ingatan. Apalagi jika sinar wajahnya menyiratkan kegembiraan.
Orang dewasa yang sering iseng bukan berarti masa kecilnya tak bahagia. Iseng boleh asal tak membahayakan diri maupun orang lain.
6 Comments
Bermain karet gelang agar berbunyi seperti jangkrik itu yang bagaimana, to, Paman?
Gampang kan?
Lha bagaimana caranya? Saya nggak tahu, je, Paman. Atau jangan-jangan pernah tahu tapi lupa.
Coba tanya Mas Sunar MacGyver
Waduh Mas Sunar itu cah anyar, bukan wong lawas, je. 🙈
Dan sedang pulang kampung lama….
Berarti tanya Pak BLT