Seiring perjalanan usia saya tak sesering saat muda gemar minum es. Padahal saat ini cuaca merepotkan. Bisa hujan dan sejuk bahkan dingin lalu panas menggerahkan. Saya tetap mudah kehausan.
Dahulu air putih dari kulkas maupun air anyes dari dispenser saya sukai. Tetapi karena beberapa kali mengalami radang tenggorokan, dan dokter menganjurkan jangan, apalagi saat kepanasan pol, mana pakai sedotan pula (untunglah saya kurang suka sedotan), maka kebiasaan itu saya hentikan. Begitu pun minuman dingin bersoda, yang tentu manis, termasuk Tebs dari Sosro, banyak sekali saya kurangi.
Tentu kadang saya masih minum es. Misalnya es kopi hitam tanpa gula alias es americano serta cold brew. Lebih terasa menyegarkan badan. Es krim? Saya masih suka. Pekan lalu di Bandung yang sejuk saya memesan perasan Sunkist. Teh lemon mint dengan leci saya tolak karena manis.
Semua itu juga soal kebiasaan. Milenial dan Gen Z menurut kesan saya cenderung menyukai minuman dingin. Saya pernah heran, beberapa kali duduk pagi hari di kantin sekolah sebelum kelas dimulai, semua anak yang singgah mengambil minuman dingin. Saya yang memesan kopi panas jadi merepotkan orang dapur karena tak ada minuman hangat, bahkan teh panas pun tak ada. Kalau air minum yang tidak sedingin es sih ada.
Tentang es krim, untuk sekian lama sejak bocah hingga dewasa, saya menganggap itu hanya cocok untuk cuaca panas. Maka dahulu kala saya heran saat naik perahu pagi menyusuri sungai di Hobart, Tasmania, Australia, melihat anak-anak makan es krim di tepian padahal cuaca membuat saya menggigil.
Keheranan yang sama saya peroleh saat pagi yang bermatahari, tetapi tetap dingin, banyak keluarga di Amsterdam, Belanda, memarkir sepeda di taman, makan es krim. Makan, bukan minum, karena digigit dan dikunyah, setidaknya dikulum. Ternyata es krim bagus untuk aklimatisasi. Setelah itu malam hari dingin pun saya berani makan es krim.
Ihwal benar tidaknya es krim bikin batuk, atau tidak boleh saat flu, sila lihat Hellosehat, Klikdokter, dan Alodokter.
8 Comments
Saya generasi Y, juga pas kecil demen minum es padahal cuaca dingin, Mas..wkwkwkwk.
Mungkin karena sekarang sudah faktor U, kegemarannya bergeser jadi yang anget-anget.
Betul, Mas, untuk mencegah radang tenggorokan, jangan minum yang dingin maupun panas. Yang sedang-sedang saja ehehe alias hangat ehehe.
Sehat walafiat selalu untuk Mas dan keluarga ππ
Betul Mbak Uril.
Yang moderat itu yang nyaman.
Salam sehat untuk keluarga kebun benih π
π π π€£. Waduh Mas. Maafkeun, itu lokasi “Ladang Benih” hanyalah khayalan belaka alias fiktif ehehe.
Oh, tenanΓ©? π
Salah satu kelemahan menulis fiksi: dikira kisah beneran π .
Kalau nyata, saya hanya bisa mengucap istighfar π€²
Baiklah, Mbak Uril ππ
Sudah bertahun-tahun saya nyirik es karena saya gampang pilek. Bahkan air putih biasa (bukan air putih dingin dari kulkas) bisa bikin saya pilek. Karena itulah saya tiap hari memilih minum air putih hangat, kadang-kadang air teh manis hangat atau panas.
Tapi bukan berarti saya 100 persen anties. Saya “berani” makan es krim. Atau, kalau pas jagong manten dengan hidangan piring terbang, dan menu penutupnya es puter atau sejenisnya (bukan es buah), saya habiskan es tersebut.
Es puter, es krim, dsb kan melalui cecap lidah, gak langsung ke tenggorokan spt minum es pakai sedotan. Kalo es krim terlalu dingin secara naluriah kita menahan dulu di rongga mulut agar suhu turun