Mandi bikin badan bersih, segar, dan sehat. Tapi air tanah harus dikelola dengan bijak dan cerdas.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Tadi sore hujan. Deras. Hanya sebentar. Saya merasa para tanaman di rumah senang. Para? Hanya sedikit, tetapi lebih dari satu macam. Dan yang tampak paling bahagia adalah tanamkan pagar Lee Kuan Yew. Sehabis mandi hujan dia tampak lebih segar. Tanaman ini sepertinya selalu kehausan. Ingin selalu disirami.

Mandi. Orang juga butuh. Terutama di negeri tropis yang menggerahkan, di wilayah rendah pula.

Mandi. Ada juga yang tak butuh. Dahulu kala, saat masih mahasiswa, saya berada di sebuah desa yang panas selama tiga bulan. Tujuh dari sepuluh anak usia SD yang mendatangi kegiatan saya di rumah Pak Lurah selepas magrib selalu perengus. Mereka belum mandi.

Sejak sehari sebelumnya ada juga yang tidak mandi. Padahal air bukan masalah di desa itu. Setiap rumah punya sumur.

Benarkah sebagian anak tak mandi? Ada yang siangnya bermain di kali. Lalu sore di rumah tidak mandi. Padahal mereka sudah berkeringat sepulang dari kali bermain apalagi yang melibatkan lari seperti sepak bola.

Di negeri dingin benua utara, yang kerah baju putih orang-orangnya tak lekas menghitam maupun menguning seperti di Jabodetabek, banyak yang mandi hanya sekali sehari. Selain tak berkeringat, kecuali musim panas, juga karena menghemat tagihan air bersih.

Di Indonesia orang bisa mandi tiga kali sehari. Yang terakhir sebelum tidur. Ada juga setelah berkegiatan di kamar tidur, tengah malam pun mandi keramas dengan air dingin. Itu mandi yang keempat. Badan bersih dan segar. Hati riang. Esok pagi saling tersenyum dan mengulangi bertukar ucapan terima kasih.

Dahulu adik saya suka bilang, “Adus Lé, kanggo njaga drawing.” Mandilah Nak, untuk menjaga pergaulan. Kalau tanaman yang tadi kehujanan mendengarnya, mereka akan menyahut, “Wis!”

Tetapi nanti dulu. Air bersih belum menjangkau semua orang. Terutama di wilayah sulit air, bahkan membuat sumur artesis pun mungkin bukannya jaminan. Atau bisa juga biayanya terlampau mahal bagi warga.

Kita berutang air kepada tanah

Resapan itu untuk mencegah banjir atau mengerem defisit air tanah?

Mencari sumber air untuk sumur

2 thoughts on “Hujan sore datang, tanaman pun senang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *