Smartphone adalah ponsel cerdas. Smart key? Mungkin kunci cerdas atau kunci pintar. Lalu dalam bahasa Jawa bagaimana? Ya tetap smart key; bukan kunci pinter, sorog lantip, maupun sosi wasis — tolong Anda koreksi jika usulan saya ngaco. Media berbahasa Indonesia juga masih banyak yang menuliskan smart key. Keberterimaan kata dalam setiap bahasa memang membutuhkan proses.
Dalam majalah berbahasa Jawa Panjebar Semangat (PS) No. 43 (22 Oktober 2022) ada artikel tentang udhug (sepeda motor, lengkapnya “montor udhug“) yang bertajuk “Ngramut Smart Key Sepedhah Motor Matik”. Artinya merawat sepeda motor matik.
Jika ada pertanyaan apa sih yang asli bahasa Indonesia, pertanyaan serupa belaku untuk bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa masa kini.
Dari judul itu saja sudah terlihat percampuran unsur. Smart key adalah bahasa Inggris. “Sepedhah” (Indonesia: sepeda) adalah serapan untuk kata Prancis “vélocipède” . Di sisi lain, masyarakat lama Jawa juga mengenal “pit” untuk sepeda, yang diserap dari bahasa Belanda “fiets”. Adapun “matik” dari bahasa Inggris “matic” yang merupakan peringkasan untuk automatic.
Dalam percakapan sehari-hari, termasuk via WhatsApp, saya sering menyebut hape, bukan ponsel yang merupakan akronim telepon seluler, hasil menyerap cellular phone. Sebelum kata ponsel diterima, istilah yang hidup dalam masyarakat adalah “HP” dan “hape”. Seingat saya, saat orang Indonesia menyebut “handphone“, kalangan industri dan konsumen di Barat menyebutnya “mobile phone” dan “cell phone“.
Kini Kamus Cambridge maupun Merriem-Webster sejauh saya lihat belum meresmikan kata itu. Adapun Kamus Oxford dan aplikasi Dictionary.com sudah menyerapnya, dengan keterangan “lazim digunakan di Asia Tenggara”. PS sih menyebutnya “hape”, namun dalam cerber “Tan Keguh” ada “tilpun gegem“.
Untuk permainan digital, PS menuliskannya “game“, tanpa cetak miring, dan jika ada imbuhan belakang “é” menjadi “game-e” — artinya “game-nya”. KBBI menyerap “game” menjadi “gim”.
Dalam rubrik Aiti (pelafalan “IT”; PS No. 35 (27 Agustus 2022), karena menyasar remaja, bahasanya seperti lirik campursari dan dangdut koplo: ada kata berbahasa Indonesia, misalnya “pembeli”. Lebih ringkas ketimbang “wong kang tuku” dan lebih melokal daripada “buyer” maupun “shopper“.
2 Comments
DiKoran mingguan Darma Kandha dulu ada rubrik Soroge Ngaurip ( Kunci Kehidupan).
Wah saé punika, Ki Sanak 👍😇