Akhirnya papan nama proyek di pangkalan angkot KWK T10 CH (Chandra-Cililitan) itu pun terpasang. Betul dugaan saya tempo hari, di atas lahan yang menjadi terminal bayangan sedang dibangun polder. Pesan WhatsApp yang saya terima mengatakan “folder”.
Apa boleh buat buat, kata “folder” lebih diakrabi ketimbang “polder”. Bahasa Inggris mencomot “polder” dari bahasa Belanda. Maklumlah negeri Tanah Rendah (Prancis menyebut Nederland itu Pays-Bas, tanah rendah) itu ahli dalam soal air supaya negerinya tak tenggelam. Kita sebagai bekas jajahan Belanda tak mewarisi kepintaran menangani air padahal sudah ditinggali contoh.
Soal air, drainase, dan sebagainya ini memang merepotkan. Perumahan tumbuh secarik organik, sesuai kebutuhan pengembang dan kemauan masyarakat, pokoknya bikin rumah. Di negeri maju yang tertata saja bisa banjir apalagi di Indonesia yang suka-suka.
Nanti setelah polder jadi semoga banjir berkurang. Saat yang sama, jaringan drainase terawat karena got mudah dibersihkan, bukan ditutup secara permanen tanpa celah.
5 Comments
Polder, saya baru tahu kata ini setelah baca konten Paman barusan, dan kemudian tahu artinya setelah membuka kamus. Waduh, ke mana saja, ya, saya selama ini?
BTW, semoga doa Paman terkabul : banjir bekurang setelah nanti polder jadi.
Amin.
Sebenarnya sudah lama bahasa Indonesia, termasuk bahasa jurnalistik, menggunakan kata itu.
Saya tidak malu mengakui bahwa dalam beberapa, atau bahkan banyak, hal saya memang ndembik. Seperti dalam hal pengetahuan tentang kata polder ini.
Halah. Jangan gitu.
Serial orang punya sisi ketidaktahuan 🙏