Sampai siang menjelang sore tadi cuaca terang, mentari bersinar penuh sejak pagi, kebetulan sejak pagi sebelum pukul sepuluh di rumah sendirian, sehingga air pun hanya terpakai saat mengguyur pipis di kloset. Akibatnya air dalam tangki di atap pun menghangat. Lagi pula pompa pengisi belum memasok dari sumur.
Saya merasakan suhu air naik saat mencuci gelas dan piring. Terasa lebih panas dari tadi pagi. Karena termometer akuarium sudah raib, saya segera mengambil termos yang ada termometernya. Soal akurasi sebagai alat ukur entahlah karena termos ini bukan instrumen laboratorium.
Terbukti air dalam termos 35° C, setelah saya biarkan sepuluh menit menjadi 34° C. Tetapi setelah air tangki terisi lagi, suhu air dari keran pun turun. Saya tak mengukurnya tapi rasanya lumayan adem. Senang saya bisa melakukan keisengan ini.
Tentang panas surya sebelum ada Solahart dan sebangsanya, saya teringat kawan saya dari Pematangsiantar. Dia pernah bercerita, dulu ibunya selalu menejemur ember logam besar di halaman belakang, lalu sore terang air hangat itu untuk memandikan adiknya.
4 Comments
Tentang menjemur air di ember logam untuk mandi, seingat saya dahulu kala ART (eh waktu itu PRT) saya juga melakukannya untuk anak bayi saya.😁
Sekarang ada water heater, dan… ember seng besar sudah tidak tersedia. Tapi ada solusi: menjerang air di panci. Di rumah saya sampai ada panci pating plenyok buat menjerang air mandi. 😁
BTW iklan dispenser air galon dalam bahasa Jawa di Radio Swara Koncotani, Godean, Jogja, itu nganyelaké krn penutup dialognya si anak mau pake air hangat dari dispenser untuk pakpung 🙈
Sejak lama saya biasa cuci muka pakai air hangat karena gampang pilek (kalau mandinya berani pakai air dingin), dahulu saat jadi doktor ya cuci mukanya selalu pakai air dari dispenser di kantor.😬
Tentang menjerang air buat mandi, dulu juga kami lakukan tapi stop sejak kamar mandi pakai water heater sejak sekitar sembilan tahun silam.
Wah pakai air hangat dari galon 😁
Setelah kami pakai water heater, panci jelek itu pensiun