Ini zaman serbaponsel, mestinya katalog cetak dan aplikasi terintegrasi, jangan kayak pasangan pundung mutung.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Katalog-belanja cetak Alfamart masih disukai

Perempuan yang tadi mengantre kasir di depan saya itu kembali ke toko. Dia bilang kepada Mas Kasir, “Mau ambil ini. Kelupaan.”

Dia mengambil dua eksemplar katalog belanja yang ditumpuk di meja kasir. Maka saya pun bertanya, “Katalog ginian masih banyak yang ambil ya, Mas?”

Dia bilang, “Masih, Pak. Entar habis. Bapak juga boleh ambil.”

Oh, baiklah. Terima jadi. Sesampainya di rumah saya buka dan baca katalog itu. Ada 24 halaman isi berkertas koran, tak termasuk kover art paper.

Saya perkirakan ada seratusan produk. Saya tak sanggup menghitung. Dulu sih masih telaten, kadang dibantu OB, untuk mencocokkan hasil. Buat apa? Dalam pekerjaan kadang saya impulsif melakukan ini dan itu, tetapi ada hasilnya. Misalnya artikel dan infografik. Iseng namun berfaedah.

Ada yang menarik dalam katalog ini. Yaitu lembar separuh halaman yang tampaknya untuk mewarnai. Tetapi dari tiga puluh anak konsumen, berapakah yang memanfaatkan bidang pewarnaan?

Halaman mewarnai dalam katalog Alfamart

Kalau saja ada kode QR, disertai imbalan, misalnya permen dan diskon, pasti nasib katalog terpantau. Begitu pun kode diskon untuk produk tertentu. Cara ini sekalian untuk mengakuisisi pengguna aplikasi Alfagift. Tambah poin jika dikirim ke media sosial.

Masa sih produk cetak dan aplikasi ponsel jalan sendiri-sendiri kayak pasangan habis berantem?

2 thoughts on “Katalog-belanja cetak masih disukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *