Mengeluhkan media, kadang mengumpat, tapi tiap hari makan baca. Semacam benci tapi rindu. Ingat, media butuh duit.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Tak sedikit orang memprihatinkan media berita yang hanya kejar trafik dan iklan

Belakangan dari grup WhatsApp yang berbeda, Kamso sering menyimak rasan-rasan soal media berita. Kamso, via jalur lebih terbatas, yaitu japri, kadang membahas soal cara media berkonten, termasuk dalam mencari uang.

“Apa sih menariknya berita dipecah jadi beberapa bagian?” tanya Joni.

“Buat trafik. Itu menyangkut performa yang berhubungan sama iklan,” sahut Tutik.

“Kenapa di sambungan tiba-tiba nyebut kutipan dari Ujang tapi di teks sebelumnya nggak nyebutin nama lengkap Ujang apalagi atributnya?” tanya Wanto.

“Editornya udah kecapekan, sehari nanganin puluhan judul berita. Judul, bukan topik,” jawab Pangky yang pernah bekerja di media Inggris dan Australia.

“Kapan itu ada berita judulnya jenazah bentrok sama rombongan jemaah haji di bandara,” keluh Nani.

“Malah ada judul dari share Kamso soal tarif baru BPJS, disebut segini, tapi dalam berita nggak ada. Kacau bener,” timpal Rosa.

“Belum lagi berita kayak kabar hiburan, pakai ‘Wow!’, ‘Duh’, sampai ‘bikin kamu salah fokus’,” gerutu Billy.

“Emang mungkin itu media hiburan yang juga getol membahas politik?” sahut Jeanette, yang pernah bekerja di media Inggris.

“Yang payah tuh, dulu rame, ada media yang kalo beritain atlet cewek pasti pake judul mengarah ke seks,” Siti menambahkan kasus.

“Yang aneh, media yang demen bahas soal artis kawin cerai, selingkuh, skandal seks, selalu bersemangat kalo naikin berita orang pindah agama. Kayak saran Google, habis ngetik nama orang pasti muncul soal agama,” sergah Barry.

“OOT. Ada lagi yang ogah masang info konten pemasaran atau media mitra kalo nyangkut promo bisnis sang juragan. Judulnya aja udah ngiklan banget,” keluh Joko.

“Bentar lagi, ada juragan media mengarahkan konten redaksi ke capres tertentu.”

Di semua grup itu isi keluhan hampir sama. Karena ditagih komentar, Kamso nyeletuk, dengan isi yang sama di setiap grup, “Kalian sebel tapi masih terus baca media yang kalian keluhkan, to?”

Media berita daring harus gratis?

2 thoughts on “Media kok jadi gini?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *