Maling mengambil burung orang bukan karena cinta lalu ingin memelihara. Mereka ingin memindahkan kepemilikan ke pencinta lain.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Burung lovebird dalam sangkar Pak Kuswedi, sekretaris RW 17 Chandra Baru

Pagi itu saya ada urusan singkat nan penting ke rumah seseorang. Ketika saya datang dan menunggu di teras saat tuan rumah memproses surat saya, ramai sekali aneka burung berkicau. Macam-macam. Saya tak paham apa saja jenisnya. Yang pasti ada belasan sangkar berpenghuni di teras itu.

Saya menanya tuan rumah, “Ini semua aman, Pak? Kan banyak pencuri burung berkeliaran?”

Dia hanya tertawa dan bercerita sedikit soal keamanan. Begitu sering saya mendengar cerita burung dicuri di lingkungan saya. Kadang berikut sarangnya, kadang hanya burungnya.

Saya menduga para pencuri itu bukan pencinta burung. Mereka nyolong bukan untuk memelihara tetapi menjualnya. Maka terhadap lovebird (Agapornis fischeri), misalnya, peluang untuk dikonversi menjadi uang kertas rupiah lebih merangsang rasa cinta. Ya, cinta uang. Lalu duitnya untuk membeli burung jenis lain?

Jika burung yang dibeli dari uang haram kita sebut unggas atau aves, wujudnya di rumah maling bisa berupa daging ayam goreng dan daging bebek bakar. Daging kalkun panggang dan kebab burung onta? Bisa jadi.

Tiang dan sangkar perkutut di luar halaman

Burung-burung Papua di alam hasil jepretan media

Emang mainan burung?

Saya kehilangan burung malam

Berharap burung gereja kembali ke rumah

Sangkar burung di kuburan

Ada Sedia Daging Burung Belibis Goreng

Wahai Kau Burung dalam Resepsi

Burung yang Setiap Pagi Berjemur

Kenapa Menembak Burung? Iseng Aja! ;(

3 thoughts on “Cinta tak cinta, uang lebih didamba

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *