Semoga semua guru SD itu kreatif, selalu menemukan cara mendorong murid menggali informasi.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Informasi pada alas kotak plastik makanan

Setelah mi goreng hantaran tetangga itu habis, barulah saya melihat teks di dasar kotak bening. Namun teks itu terbalik karena dicetak di bagian luar kotak dan memang dirancang untuk dibaca dari luar.

Artinya ketika kotak masih kosong, si pengisi makanan punya dua opsi untuk melihat informasi. Pertama: menengkurapkan kotak. Kedua: mengangkat kotak lebih tinggi dari mata sehingga teks terlihat.

Informasi pada alas kotak plastik makanan

Cara lain? Ketika menghadapi kotak berisi makanan, kalau doyan dan porsinya cukup, ya habiskan saja. Urusan utama adalah menyantap, bukan mencari informasi. Kalau ternyata menemukan informasi, dan kebetulan itu seorang yang kurang kerjaan tapi suka iseng, impulsif pula, ya tulisan itu dia baca.

Ternyata ada beragam cara menuliskan informasi tengah bahan kotak plastik. Ada yang komplet, ada pada tutup dan dasar kotak, ada yang hanya pada tutup.

Informasi pada tutup kotak plastik makanan

Lalu saya membayangkan, bagaimana jika teks yang sama lengkapnya ada pada tutup dan alas kotak? Yang pada sisi luar alas dicetak terbalik sehingga dapat dibaca dari atas. Tidak akan menambah biaya kecuali saat mengganti moulding.

Informasi pada tutup dan alas kotak plastik makanan

Ah, pikiran iseng. Abaikan saja. Lebih wigati membayangkan guru SD menugasi murid mempelajari informasi pada kotak plastik maupun kertas wadah makanan untuk pendidikan lingkungan. Kalau saja saya seorang guru sok kreatif…

Jadi, wadah plastik yang paling sip itu apa?

Kotak Plastik dan Sendok Plastik: Sekali Pakai

Wadah perintilan dari kotak makanan

“Nikmatilah”, bukan “selamat menikmati”, dalam kotak nasi kuning

Kotak makanan berbahan karton, kenapa tak semua penjual makanan menyediakan?

Kotak Styrofoam dan kesalahan pembeli makanan

Sendok bebek, sendok Cina, sendok sup

6 thoughts on “Guru sekolah dan kotak plastik

  1. Saya selalu pakai “cara lain” : menghabiskan makannya tanpa membaca informasi di kotaknya.😁

    Tentang guru, saya pernah berkuliah setahun di IKIP Semarang tapi saya tinggalkan karena saat mendaftar lagi ke UNS pada tahun berikutnya ternyata saya diterima. Kawan-kawan kuliah saya di IKIP yang meneruskan kuliah, kemudian menjadi guru, dan beberapa di antaranya jadi kepala SMA/SMP.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *