Hari ini tempe datang hanya terbungkus daun pisang, tanpa kertas untuk pembalut. Istri saya menirukan Pak Tempe, “Kertas nembΓ© awis, Jeng.” Kertas sedang mahal, Jeng.
Mendengar cerita itu pikiran saya pun mulai ngaco. Selama ini kertas pembalut luar tempe sering kali dari bekas kertas ulangan yang sudah terisi. Lalu sekarang mahal, maka ada kemungkinan pasokan berkurang.
Apakah kertas ulangan berkurang karena selama pandemi ada kelas daring, yang ulangannya pun di layar digital?
5 Comments
lalu fungsi kertas pembungkus tempe ini apa? kenapa harus dibungkus kertas lagi? kan pake daun pisang saja bisa? π€
Biar bersih katanya π
Setelah kertas koran bekas sulit dibeli untuk keperluan kedainya, istri saya kemudian membeli kertas LKS (lembar kerja siswa), mungkin sama dengan kertas ulangan versi Paman ini.
Saya belum cek ke istri apakah pasokan berkurang. Tetapi sampai tadi pagi dia tidak mengeluh kesulitan membeli kertas LKS.
Bisa buat bahan blog Lik Jun π
ππ¬