Gaya favorit umumnya panitia adalah memperlakukan petugas meja pendaftaran sebagai pembicara seminar.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Tip untuk panitia acara, tirulah prinsip supermarket dan toserba dalam memasang tulisan

Ketika saya memotreti karton info yang bergelantungan di supermarket, istri saya tertawa kecil. Dia paham maksud saya karena pikiran kami sama. Soal apa? Penempatan tulisan informatif yang terlihat mata sehingga mudah dibaca. Toserba juga berprinsip serupa. Itulah prinsip dekorasi. Tak perlu ilmu tinggi.

Salama ini, maksud saya sebelum pandemi, banyak acara yang mengabaikan penempatan tulisan padahal kegiatan dilakukan secara berkala. Misalnya saat sekolah mengumpulkan orangtua murid. Ada sekian meja presensi, bukan absensi, sesuai kelompok kelas anak. Tulisan dalam karton, seperti nama pembaca dalam seminar, ditaruh di atas meja. Cukup dengan dua orang, bahkan satu orang tamu, maka tulisan itu tak terlihat karena tertutup badan.

Hal serupa terjadi di meja pendaftaran acara di gereja, balai RW, kelurahan, dan lapangan untuk apapun — kecuali TPS, karena tanpa pandemi pun alur antrean jelas, berpagar rafia, dan orang tak berdesakan di bawah tenda.

Tip untuk panitia acara, tirulah prinsip supermarket dan toserba dalam memasang tulisan

Dari sejumlah perbincangan dengan panitia apapun ternyata penyebabnya tak ada orang yang memikirkan soal penempatan informasi tertulis. Mungkin mereka yakin bahwa setiap tamu berprinsip malu bertanya akan salah meja — atau sampai ke pintu toilet.

Masalahnya, dalam antrean mengular, bercabang alur pula, lalu meja ditutupi beberapa badan, orang di depan kita sering kali juga belum tahu apakah berada di lajur yang tepat, “Entar kalo sampe depan kan kita jadi tahu.” Sungguh optimistis, pasti dia disayang panitia.

Hanya dalam acara yang tempatnya luas, dengan alur antrean jelas, dan para hadirin bisa tertib, metode papan nama pembicara seminar bisa ditaruh di atas meja presensi atau pendaftaran.

Suatu kali, sebelum acara dimulai, karena ada plafon di atas meja, saya usul agar panitia meminta tolong OB beli senar pancing untuk menggantungkan karton info yang direkatkan pada gabus atau sampul map plastik jepit.

Saran saya dilaksanakan, tapi tak ada ucapan terima kasih, malah keluhan, “Anda nggak bilang dari kemarin-kemarin sih.”

Lha saya kenal dia saja tidak, datang ke acara dia sebelumnya juga tidak pernah, bagaimana mau bilang?

Petunjuk ke Rumah Hajatan

Banyak teks, panjang pula, Anda sanggup mencerna selekasnya?

Otomatis sih Boleh, tapi Harus Terlihat dari Jauh

Rambu Lalu Lintas Terhalang Kerimbunan Daun

Adakah yang hemat kata untuk amar belok kiri?

2 thoughts on “Banyak panitia enggan meniru supermarket

  1. Mungkin karena pihak supermarket krn merasa harus menjual dagangannya, harus laku, maka memasang tulisan-tulisan informatif yang mudah dibaca konsumen. Sedangkan panitia merasa acaranya sudah laku, tinggal menunggu kedatangan “pembeli” yg sdh mbayar.

    1. Bisa jadi begitu.
      Sebenarnya ini kan prinsip dekorasinya, kenapa background di panggung pakai tulisan besar. 😇🙏
      Juga kenapa warung selat pakai tulisan besar, ditaruh di atas. Kenapa buku menu pakai teks lebih besar dari tubuh berita koran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *