Dalam masyarakat kita ada mekanisme sosial ekonomi untuk menangani barang layak pakai ulang. Negara mungkin tak campur tangan.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Brosur supermarket sebagai bungkus nasi uduk

Untuk pertama kalinya saya langsung membeli sarapan nasi uduk dan nasi kuning di blok saya, cukup jalan kaki bersarung. Ada yang menarik: Mpok Nasi Uduk punya setumpuk brosur supermarket untuk bungkus luar makanan. Masih baru. Mulus.

Saya tak menanya dia beli di mana. Sungkan. Tapi hal ini menjawab lamunan saya tentang brosur belanja.

Pertama, seperti pernah saya tulis, berapa banyak konsumen yang membaca brosur justru setelah masuk supermarket dan mendorong troli?

Kedua, dikemanakan brosur-brosur itu setelah masa promo selesai? Sebetulnya jawabannya jelas: akan ada yang menampung untuk dijual sebagai kertas pembungkus.Brosur supermarket sebagai bungkus nasi uduk

Ada mekanisme sosial ekonomi dalam pasar kita perihal barang tak terpakai. Pemulung dan pelapak, juga petugas gudang dan petugas kebersihan, adalah bagian dari mata rantai daur ulang dan daur pakai.

Saya tak tahu bagaimana negeri maju mengatur beginian. Untuk waste di percetakan, yakni potongan kertas sisa garis potong sampai kertas salah cetak, pasti ada mekanisme di pabrik agar jadi kawul atau langsung ke mata rantai formal legal daur ulang.

Tapi kertas tak terpakai setelah keluar dari percetakan, seperti sekian rim brosur belanjaa, bagaimana?

4 thoughts on “Stok brosur supermarket untuk nasi uduk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *