↻ Lama baca < 1 menit ↬

Saya tak tahu apakah para pengelola pasar swalayan pernah membuat survei berapa banyak pembelanja yang merujuk kertas promosi dagangan. Yang sering saya lihat, kertas dengan cetakan berwarna itu tergeletak di dasar troli. Kadang masih rapi lipatannya, tak ada tanda sudah dibuka.

Kertas sampai ke tangan pembelanja dengan tiga cara. Pertama, terjepit di pintu gerbang rumah. Kedua, dibagikan oleh pegawai toko saat pembelanja masuk. Ketiga, si pembelanja yang mengambilnya sendiri dari tumpukan di samping palang masuk.

Berapa biaya produksi dan seberapa efektif, tentu pengelolaan supermarket sudah punya asumsi bahkan data.

Nah, seberapa sering Anda merujuk kertas promo itu saat berbelanja?