Para penganjur kesabaran dan bersyukur itu belum tentu hidupnya ringan bahagia. Tak semua orang punya level mahaguru dalam olah diri.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Buku hebat panduan mencapai kebahagian dengan cara sederhana

Mungkin karena cuaca tak bagus, ada hujan angin, mendung, petir, suasana hati Ngadimin seperti anak kecil kehilangan balon hijau yang meletus: kacau. Lalu dia menelepon Kamso, yang pertama selama tahun ini.

Setelah bertukar kabar, Ngadimin menanya, “Mas, para motivator pas pandemi gini apa masih laku?”

“Ndak tau. Aku ndak pernah ngikuti, Min. Sampean mau bisnis motivasi?”

“Ndak, Mas. Dari dulu sebel, apalagi setelah tau keseharian mereka tegang kalo order sepi. Ada lagi yang punya masalah sama anak kandung terus dia tenggelam.”

“Terus?”

“Pada ke mana mereka ya? Apa seminar virtual? Kalo yang di radio sih kayak di YouTube.”

“Ndak tau aku. Masalah sampean apa to, Min?”

“Kesel aja. Soalnya di grup WA ini dan itu ada aja orang yang suka kasih petuah. Sebagian forward-an. Isinya ngajak bersyukur, bersukacita, sabar, tabah, apapun bawa Tuhan, tapi kalo aku liat kehidupan mereka nggak seperti yang diomongin. Emosional, gampang stres, jengkelan, gampang salah paham lalu korsleting sama orang. Pagi sok kasih pencerahan, siang udah marah sama apa aja, berbagi kegelapan. Kenapa ya, Mas? ”

“Mungkin mereka pake admin. Panggilannya juga Min. Kayak sampean.”

¬ Gambar praolah: Shutterstock

2 thoughts on “Profesor Jarkoni, bisa ngajari ndak bisa nglakoni…

  1. Saat seorang kawan meneruskan pesan puanjang di grup WA misal ttg cara sederhana agar tdk gampang terkena serangan jantung versi Profesor Doktor Jarkoni, sy sebenarnya ingin komen ke kawan itu, “apakah sampean juga nglakoni cara tsb?” tapi tdk berani krn takut dipisuhi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *