Bersyukurlah kita jika masih memiliki kesadaran tentang sesuatu yang sebelumnya tak menarik. Misalnya sebakul kentang.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Pagi ini cerah, sinar mentari hangat, padahal musim hujan. Tadi, ketika saya membuka pintu dapur, mata saya terantuk hal yang selalu saya lihat tapi tak berkesan apapun: sebakul kecil kentang.

Itulah cerita pertama: terlalu banyak hal biasa di rumah kita, kita abaikan, tapi keterkesanan bisa muncul tiba-tiba. Kesadaran tentang sesuatu adalah berkah. Selayaknya kita syukuri.

Kata Rendra sesuai nilai dalam Bangau Putih: kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi…

Lamunan saya sampai ke pokok yang menjadi cerita kedua. Ada orang yang emoh berlauk kentang dalam semur. Nasi kok dijodohkan dengan karbohidrat lain. Tapi ketika tak ada pilihan, orang itu doyan kentang dalam semur dan sop. Sampai sekarang. Keadaan bisa mengubah selera dan kebiasaan.

Isi benak cepat berkelok. Ingat kentang ingat RN, teman saya, dosen dan peneliti kebijakan publik, yang sedang mengikuti seleksi di KPU. Ucapan selamat saya saat dia berulang tahun selalu menyebut kisah petani dan kentang. Inilah cerita ketiga.

Suatu malam, abad lalu, sepulang kerja saya membonceng Vespa dia. Di lampu merah kami berhenti. Dia sempat bercerita tentang kemasygulan seorang petani yang menanam kentang besar dan kecil. Setiap malam Pak Tani tidak bisa tidur karena terganggu konflik dari kebun. Kentang besar dan kecil berkelahi. “Suaranya kentang kentung kentang kentung…” katanya dengan nada guru TK bercerita, sambil menggoyangkan bahu, lalu tangan kiri memasukkan persneling satu, dan tangan kanan menarik gas bertahap.

Sampai kini saya berkesimpulan, dia tertarik kebijakan publik karena belajar dari Pak Tani bagaimana memadukan kepentingan berbeda tanpa konflik berkepanjangan.

Lalu cerita keempat? Ingat kentang saya ingat almarhum adik saya yang meninggal dua belas tahun lalu. Cerita dia tentang tontonan di kampus fakultasnya: ketika mahasiswa bokek, mereka mandi pakai kentang, bukan sabun, “Sing penting lunyu.” Yang penting licin.

Hari ini saya awali dengan riang karena melihat kentang.

2 thoughts on “Pagi dan ingatan tentang empat cerita kentang

  1. Andai paman saat ke warung istri saya fokus ke kentang, pasti akan dapat cerita kelima, krn tiap hari banyak kentang (bukan hanya sebakul kecil) tersebab (ini bahasa paman😁) kentang jadi bahan utama untuk menu Selat Solo dan Gado-gado..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *