Ini memang masalah literasi media. Siapa yang sebenarnya lebih bersalah: pembuat konten ataukah khalayak...
kabar bohong
Durna tak berdaya setelah menerima kabar tak lengkap, sehingga Drustajumena dengan mudah memenggal kepalanya.
Penyebar hoaks merasa sebagai korban, tapi ogah mengecam penyampai awal kalau sehaluan.