
Maka terbuktilah bahwa tuntutan rakyat untuk memakzulkan Bupati Pati, Jateng, Sudewo, Agustus lalu cuma dianggap usulan orang kesal oleh DPRD. Padahal saat amarah rakyat memanaskan Pati, DPRD bilang akan menggunakan hak angket untuk mencopot Sudewo. Bahkan Fraksi Gerindra, yang partainya dulu mengusung Sudewo, juga setuju.
Akhir pekan lalu basa-basi politik wakil rakyat itu terbukti: dari delapan partai di DPRD Pati, dalam sidang paripurna hasil angket cuma satu yang masih menginginkan pemakzulan, yakni PDIP.
Dari 50 kursi, PDIP menguasai 14 kursi. Cuma 28 persen. Selebihnya, kursi untuk partai pro-pemerintah, dimotori oleh Gerindra yang punya enam kursi. Halah, emang ada oposisi? Di DPR RI, PDIP jadi partai gojag-gajeg seperti celana 7/8: bukan pendukung pemerintah, namun juga bukan oposan.
Maka jayalah Sudewo yang selama sidang paripurna hadir sedara virtual sambil sesekali mengurusi ponselnya. Tentu kekayaannya sebagai bupati tak abadi karena terikat periode jabatan.
Lalu soal Sudewo ini rakyat bisa apa? O, wedus hanya bisa bilang embeeeekkk. Kalau sapi bisa bilang emoh, tetapi hanya sebatas itu.
